Social Icons

Kamis, 07 April 2011

Bayangan Beberapa Tahun Kemudian,. waka-waka,....

 












Cintaku ini ibarat air..
Tak bisa ku genggam tapi selalu mengalir.
Cintaku ini ibarat angin,.
Tak bisa dilihat tapi bisa dirasakan.
Cintaku ini ibarat kuku,.
Selalu tumbuh meski dipotong oleh waktu.
Cintaku ini ibarat rumus matematika,.
Selalu abadi meski dimakan oleh zaman.
Cintaku ini ibarat akar,.
Tak bisa dilihat tapi semakin mendalam.
Cintaku ini ibarat sejarah,.
Yang selalu dikenang, dan tak pernah terlupakan,. ^ ^


_Intan Edition_ waka-waka...



Love Story......

My comrade in arms..
I'm telling you this in all candor.
From deep down my heart.

My sick feeling went away
It's you who finally made me smile to meet with love.
Don't break a promise.
I don't want to fall with your trick.

What is the difference between love and pity?
Please, don't hurt my feeling.

I knew my touch of your hand coused your whole body to quiever.
Give a smile full of understanding wholeheartedly.
I prayed all my heart.
That we haven't unshakable love.

And I hope we have a life full of happiness
Aminnn
Although we're far appart, we will not forget.
Gone but not forgotten.
Be a noble boy, honey.
Keep your mind,.!!


Ketika hati ini hampa, dirinya hadir dalam relung-relung jiwa.
Ketika hati ini butuh cinta, dirinya menuai asa berjuta makna.
Hingga akhirnya, dirimu memenuhi hari-hari indahku.
Menepis segala gundah gelana yang menerpa jiwa.

Duhai Pemilik jiwa yang suci ini,
Jika Kau boleh mengizinkan,
Pertemukanlah aku dengan dia yang telah mengusik jiwa.

Jika cinta telah merekah,
Senyuman takkan pernah lelah,

Kasih,
Kau telah mengepakkan kasih sayangmu untukku.
Memberikan kehangatan cinta dalam dekapanmu.
Membuatku tak ingin melepaskan rangkulanmu.

Kasih,
Begitu tulus kaumencintaiku.
Mewarnai kesedihanku dengan balutan cintamu.
Menghapus lukaku dengan kasih sayangmu.
Memberikan perhatian dalam kesepianku.

Jaga hati selalu, saat jauh.
Uhibbukum Fillah ya Akhi, ^ ^

Dengarkan, dan Rasakan, .

Kasih,
aku merindukan dirimu sekarang. Dirimu telah hadir dalam relung jiwaku. Kau tanamkan benih-benih cinta dan tanamkan ketulusan. Apakah kau menjadikanku sebagai pelabuhan terakhir?
Hati ini tak bisa ku tutupi dan ku bohongi, Hati ini selalu bertanya-tanya tentang kekasihnya. Aku selalu berharap jika kita dipersatukan dalam satu ikatan suci. Karena, aku tak tahu bagaimana dengan esok hari yang akan aku temui. Segenggam hati yang sudah ditanami cinta ini ku titipkan pada Maha Pencipta Rasa di jiwa.
Wahai Pencipta Rindu,.!!!
Bisakah kau mendengar tangisan-tangisan kerinduan ini?
ingin sekali ku bertemu, namun tempat sungguh jauh.
ingin aku berbicara kepadanya, namun waktu tak memungkinkan.
kapan,.? kapan,.? dan kapan,.?
Beribu-ribu pertanyaan ada dalam benakku.
Dilubuk hatiku, tak pernah sedikitpun ingin jauh darinya. Tapi aku sadar, aku bukanlah mahromnya.
Aku belum halal untuknya, karena antara aku dan dia tak ada ikatan suci yang belum diridhoi-Nya.



There's a thing we all have, that is love and that thing we all need, oh... that is love
love give us happiness, and peace in our heart
Love trhow our loneliness out of our heart
Falling Love, Faling Love,.

PsikoLogi Masa Depankuuuu,.



Jika aku mencoba mengingat kembali, mengapa ku ambil jurusan psikologi ini/?  yang ku jawab hanyalah, "aku ingin mencoba sesuatu yang berbeda." Ku langkahkan kaki dan ku bertekad untuk menuntut ilmu walau jauh dengan kampungku di sana.
"Cogito Ergo Sum" itulah kata2 aneh yang diajukan oleh seniorku ketika menjelang propesa. Tak bisa ku menebak itu, mungkin dengan tanya ke mbah google akan muncul jawabannya. Yakni Rene Descrates yang mengungkapkannya. Itu baru awal saja.
Perkenalanku dengan teman-teman begitu unik, canggih. Facebook lah yang mempertemukan kami untuk saling mengenal. Berhubung dari berbagai kota ada. Kita saling mengenal tanpa mengetahui wajah, Lucu.
Walau ku tak mengetahui psikologi sebelumnya lebih dalam, aku akan berusaha.
Karena, inilah psikologi, masa depanku.
Pilihanku, Semangatku. :)

Harga Waktu Ayah,.

Andre, seorang anak yang setiap sore selalu menanti kepulangan ayahnya dari kantor untuk sekedar mengajaknya bermain. Suatu sore, sepulang kerja, sang ayah ditanya oleh andre, “ayah, ayah kerja di kantor dibayar berapa sih sebulan?”
Sembari menyiritkan dahi si ayah menjawab,
“Ya, sekitar 2.500.000”
“kalau sehari berarti berapa, ya?” sela andre.
Ayahnya mulai bingung, “Seratus ribu rupiah, ada apa sih? Kok Tanya gaji segala!”
Akan tetapi, andre tetap bertanya lagi, “kalau, setengah hari berarti Rp.50.000 dong?”
“iya, memangnya kenapa?” sahut ayah mulai jengkel.
Si anak dengan mantap maengajukan permohonan, “Gini, yah! Tolong tambahin dong tabungan andre, Rp.5.000 saja. Soalnya andre dudah punya tabungan sebesar Rp.45.000. Rencananya andre mau membeli ayah setengah hari saja supaya kita bisa pergi memancing berssama!”
Satu hal yang sering menjadi kendala kita sebagai ayah dalam membangun tatanan keluarga yang tangguh dan harmonis adalah si pencuri waktu. Urusan kantor, bisnis sampingan, maupun kemarahan pribadi acapkali menjadi musuh yang secara tidak langsung merongrong kesempatan emas yang kita miliki untuk bercengkrama dengan anak. Dalih yang biasa dipergunakan oleh si pencuri waktu sendiri adalah demi masa depan keluarga, loyalitas kerja, atau untuk membiarkan asap dapur tetap ngebul.
Siap ayah sebenarnya? Ketika masih kecil, kerapkali anak mengklaim bahwa pahlawan (hero) yang paling hebat adalah ayahnya sendiri. Seringpula anak melakukan proses identifikasi dengan ke-priaan yang diaktualisasikan sang ayah. Bunyi yang paling menggetetarkan didengar oleh sng ayah, ketika untuk pertama kalinya si anak mengatakan, “Papa” atau “Ayah” atau “Abah” atau sebutan lain. Bahkan seorang filsuf pernah mengatakan bahwa Tuhan yang dilihat si anak pada masa kecilnya adalah ayahnya sendiri. Ahli lain mengatakan, pohon dikenal melalui buahnya (like father like son). Setelah besar dan menginjak remaja atau pemuda, tidak jarang posisi ayah yang tadinya pahlawan beralih menjadi musuh.
Investasi terindah yang dapat kita berikan kepada putra-putri kita adalah waktu dan kualitas komunikasi yang proposional bagi mereka. Zig Ziglar pernah berseloroh dalam suatu seminarnya, “kehadiran dan percakapan anda di hadapan anak-anakmu lebih dari ribuan hadiah.” Kurangnya komunikasi di rumah akan membuat anak mencari informasi dunia luar rumah yang belum tentu benar adanya.
“apa yang ditabur, itu pula yang dituai,” demikian pepatah lama masih terngiang jernih dalam ingatan kita. Ketika masih anak kecil, sebagai orang tua (ayah) jarang emndengarkan mereka. Setelah mereka besar, merekapun akan jarang mendengarkan orang tuanya.inilah awal mulanya terkenal istilah kenakalan remaja, yang secara tidak sadar dikonstribusikan terlebih dahulu oleh kenakalan orang tuanya, yang telah berselingkuh dengan si pencuri waktu. Itulah sebabnya Spencer Johson dalam bukunya The one minute father mengatakan cara terbaik agar anak-anak kita mendengarkan kita adalah dengan mendengarkan mereka. Bagi si anak, didengarkan merupakan bagian penting dalam implementasi cinta orang tuanya. Jika ditelusuri lebih lanjut, memang ada perbedaan besar antara dicintai dan merasa dicintai.
Bill Havens, seorang pendayung hebat yang berkala internasional ketika dalam masa karantina untuk persiapan piala dunia mendayung menerima teleks yang mengatakan bahwa istrinya kemungkinan dalam 2-3 hari lagi amelahirkan seketika itu.kan melahirkan. Setelah mendapat kabar, Bill memilih dan memutuskan berangkat ke kota aslanya dan berpamitan untuk tidak mengikuti kejuaraan dunia yang telah disiapkan baginya. Ia memutuskan untuk menunggui istrinya yang akan melahirkan setelahitu. Pada 1952, Bill Havens mendapatkan telegram dari putranya, Frank, yang baru saja memenangkan medali emas dalam final kano 10.000 meter pada olimpiade di Helsinki, Finlandia. Telegram tersebut berbunyi, “Ayah, terima kasih karena telah menunggui kelahiran saya. Saya akan pulang membawa medali emas yang seharusnya ayah menangkan beberapa tahun yang lalu… Anakmu tersayang, Frank.”
Bekerja tidak akan memebrikan investasi lebih permanen jika dibandingkan dengan memberikan waktu yang cukup untuk anak dan keluarga. Usia 55 tahun merupakan akhir dan perhentian berkarya, namun karya yang diinvestasikan dalam kenangan anak tidak akan berakhir hingga maut yang memisahkannya. Pilihan, tentu ada dalam diri masing-masing, namun Bill Havens dalam cerita di atas telah memilih yang terbaik. Sekaligus mengingatkan kita pada pernyataan Patrick M Morley yang spektakuler, “saya lebih memilih untuk tidak menjadi siapa-siapa, asalkan bisa menjadi seorang yang berarti bagi anak-anak saya.”
Mungkin lagu yang pernah kita dengar kembali dari alam sana menjadi senandung terindah, ketika anak-anak yang kita kasihi menyanyikan lagu bagian reff-nya Rinto Haraphap : “Untuk ayah tercinta, aku ingin bernyanyi. Walau air mata di pipiku. Ayah dengarkanlah, aku ingin bertemu. Walau hanya dalam  mimpi.”




Marpaung, Parlindungan.,2005.Setengah Isi Setengah Kosong,Bandung.MSQ Publishing.

Senin, 04 April 2011

Balqis, ^ ^

kawan, bertahun kita bersama
bagai semalam baru bersua..
mengenang sebuah perjuangan bersama dalam suka dan suka, canda dan tawa.
merindukan kalian yang sekarang telah berpencar luas menggapai sebuah impian.
teringat masa-masa disaat kita bersama,
_adhin_
_ejeug_
_iie_
_deby_
_thine_
_evonk_
_nawhe_
_mhayul_
_didis_
_mila_
_nung_
_ijoh_
_zulf_
_fadlin_
_ntris_
_alil_
_ujup_
_mary_
_nci_
_keko_
_fitar_
_nda_
_ndoy_
_uni_

really I miss u so much. I never ever forget these memories. ^ ^

Hanya Segores Tinta Saja...

apalah artinya manis, bila belum merasa pahit?
apalah artinya kaya, bila belum merasa miskin?
apalah artinya sehat, bila belum merasa sakit?
apalah artinya sayang, bila belum merasa benci?
apalah artinya jujur, bila belum merasa dusta?
apalah artinya pintar, bila belum merasa bodoh.

wahai, jiwa yang hampa, 
mengapa sering kali kau merasa kurang atas apa yang telah diberikannya?
mengapa selalu saja kau mengeluh?
bukankah semua yag ada dalam dirimu itu adalah sebuah amanag yang harus kau jaga?

Wahai jiwa yang tak pernah bersyukur,
mengapa selalu kau hitung segala penderitaan yang kau alami?
sedangkan kau lihat lebih banyak yang menderita darimu.
mengapa selalu daja kau menangis karena kesedihan yang tak terbandingi dengan kebahagiaanmu?

Wahai jiwa yang merindu,
sudahkah kau berikan yang terbaik kepadaNya?
Duhai pemilik dunia ini,
ku serahkan hidup dan matiku padamu.
ku serahkan, namun dengan usaha dan ijtihadku.
Ya Rabb, aku merindu Mu dan rasul Mu,.




 
Blogger Templates