Social Icons

Jumat, 13 April 2012

Kematian dalam Pandangan Agama

Dalam bahasa Yunani ‘kematian’ disebut thanatos. Thanatos berarti bentuk kematian atau keadaan mati. Tetapi kata ini juga dipakai untuk mengungkapkan hal berbahaya yang mematikan, bagaimana kematian, ancaman kematian. Thanatos berarti membuat seseorang mati, membunuh, dan mengakibatkan sesuatu hal berbahaya yang mematikan. Kematian adalah jangka waktu ketika kita melewati dengan sendiri dunia yang tidak kelihatan.
Mati menurut pengertian secara umum adalah keluarnya Ruh dari jasad, kalau menurut ilmu kedokteran orang baru dikatakan mati jika jantungnya sudah berhenti berdenyut. Mati menurut Al-Qur’an adalah terpisahnya Ruh dari jasad dan hidup adalah bertemunya Ruh dengan Jasad. Kita mengalami saat terpisahnya Ruh dari jasad sebanyak dua kali dan mengalami pertemuan Ruh dengan jasad sebanyak dua kali pula. Terpisahnya Ruh dari jasad untuk pertama kali adalah ketika kita masih berada dialam Ruh, ini adalah saat mati yang pertama. Seluruh Ruh manusia ketika itu belum memiliki jasad. 
Komaruddin (2005) kematian adalah keniscayaan, tidak satu jiwa pun mampu menghindarinya. Sedikit sekali yang mau menerimanya, dan hampir semua orang merasa sangat berat meninggalkan hidup ini. Seperti yang tertera dalam Al’Quran “Setiap sorang diantara mereka menginginkan seandainya dia diberi umur seribu tahun…, “(QS Al-Baqarah [2]:96). Bahkan bukan hanya seribu tahun,yang diinginkan adalah kekekalan selama-lamanya. Keinginan hidup kekal itu, antara lain disebabkan karena umur manusia tidak sepanjang harapan dan cita-citanya. Ketidaksiapan manusia dalam memaknai kematian tersebut didasari atas rasa takut, boleh jadi juga rasa takut itu disebabkan karena pemikiran tentang sanak keluarga yang akan ditinggal. Kecemasan ini diusik dengan janji bagi yang taat agar tak perlu risau karena para malaikat akan mengurus mereka (QS Fushshilat [41]:30-31).
Sebagai mahluk ciptaan, ternyata hidup manusia itu terbatas. Manusia sama sekali tidak bisa mempertahankan apa yang diinginkan. Kedudukan manusia yang tinggi maupun besarnya kekuasaan yang digenggam, akan “melorot” bila saatnya tiba. Kekayaan yang melimpah, juga akan “terkuras” kalau rentang waktunya sudah habis. Nyawa sekalipun segera pupus manakala “masa pakainya habis”.
Kematian tidak perlu diminta. Akan datang sendiri, tidak perlu mendaftar atau mencalonkan diri. Data setiap mahluk sudah tercatat. Nama, tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, bangsa, agama, maupun latar belakang aktivitas selama hidup. Termasuk hal-hal paling kecil, maupun niat yang masih tersembunyi di dalam hati. Semua terdata utuuh dan lengkap. Lebih lengkap daripada data Badan Pusat Statistik.
Spilka et al (1977) berpendapat ada delapan persepsi manusia tentang kematian, yaitu:
1)      Kematian sebagai penderitaan dan kesendirian. Dalam hal ini kematian dipandang sebagai penderitaan karena terkait dengan hilangnya kemampuan dan kesadaran serta bentuk isolasi dari kehidupan.
2)      Kematian sebagai salah satu tahap perjalanan hidup menuju akhirat di mana manusia akan mendapatkan ganjaran sesuai perbuatannya. Kematian merupakan pintu menuju tempat pembalasan, justifikasi dan keabadian.
3)      Kematian sebagai peristiwa alamiah yang terjadi pada semua mahluk hidup. Kematian adalah sesuatu yang terjadi tanpa ada konsekuensi atau akibat dan peristiwa tidak penting yang terjadi pada setiap mahluk yang ada di dunia.
4)      Kematian sebagai sesuatu yang gaib. Akhir kehidupan adalah sesuatu yang misterius, tidak dapat dimengerti oleh pikiran manusia, dan sesuatu yang ambigu.
5)      Kematian sebagai satu kesalahan karena meninggalkan orang-orang yang harus ditanggunng.
6)      Kematian sebagai keberanian. Kematian merupakan suatu kesempatan untuk menunjukkan karakter dan kekuatan, realisasi final nilai tertinggi yang dianut seseorang.
7)      Kematian sebagai kegagalan. Kematian merupakan kegagalan dan kekalahan individu, puncak frustasi dan ketidakberdayaan.
8)      Kematian sebagai perjalanan akhir sebagai mahluk. Kematian hanyalah kesimpulan alamiah dari kehidupan, titik terminal tanpa ada apa-apa di belakangnya.
Penelitian tentang sikap terhadap kematian dan kecemasan akan kematian telah dilaksanakan oleh para ahli social di seluruh dunia. Ada lebih dari seribu kajian yang telah dipublikasikan dalam bidang ini, dan ada empat tema besar yang muncul dari temuan-temuan penelitian (www.personallegacy.net):
1)      Sebagaian besar orang memikirkan tentang kematian dan menceritakan ketakutan tertentu tentang kematian kepada orang lain, tetapi hanya sedikit yang memperlihatkan keasyikan dengan kematian atau kenyamanan akan kematian.
2)      Kaum perempuan secara konsisten mengungkapkan rasa takut yang lebih besar kepada kematian dibandingkan kaum pria, tetapi, perbedaan dalam tingkatan ketakutan secara tipikal dapat dikatakan masih ringan atau pada taraf sedang pada semua penelitian yang pernah dilakukan.
3)      Ketakutan akan kematian tidak akan meningkat seiring peningkatan usia pada sebagian besar orang. Artinya, hamper sebagian besar orang yang dalam proses peningkatan usia, menyadari bahwa kematian sebagai tahap yang tidak dapat dihindari oleh siapapun.
4)      Jika seseorang ditanya, apa yang terpikir jika kematian menimpanya, maka jawabannya lebih banyak menyangkut kekhawatiran akan penderitaan, ketidakberdayaan, ketergantungan dan kesejahteraan keluarga yang ditinggalkan dibandingkan dengan kondisi sekarat dan kematian yang akan menimpanya.
2.2. Kematian Dalam Berbagai Pandangan Agama
a. Dalam Pandangan Islam
Al-qur’an dan hadis-hadis Nabi menggunakan beberapa istilah untuk menyebutkan kematian, diantaranya maut, ajal dan wafat. Misalnya dalam suatu hadis disebutkan bahwa “Jika anak Adam meninggal dunia maka semua amalnya terputus kecuali dari tiga hal, yaitu sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang selalu mendo’akan kedua orang tuanya.” Kata meninggal dalam hadist ini adalah terjemahan dari kata “maut” yang berkonotasi terpisahnya ruh dari jasad. Oleh karena itu, mayit yang berarti orang yang meninggal dunia, sesungguhnya mengandung makna jasad tanpa ruh atau jasad yang telah ditinggalkan ruhnya menuju alam ruhani atau alam amar menurut istilah Imam Ghozali.
Sedangkan ajal berarti batas kehidupan yang dimiliki setiap orang yang bernyawa. Jika batas kehidupan seseorang telah sampai maka tidak ada satupun yang dapat menawar-nawar penundaan kematian atau meminta pencepatan kematian karena setiap orang sudah memiliki batas kehidupan masing-masing. Wafat secara bahasa berarti sempurna. Dengan demikian orang yang wafat adalah orang yang telah menyempurnakan tugas-tugas kehidupannya di akhirat menurut ketentuan Allah SWT.
Dalam pandangan islam, kematian merupakan suatu misteri dan rahasia Tuhan, tidak ada satupun manusia yang tahu kapan dia akan meninggalkan dunia yang fana ini, kecuali tanda-tanda tertentu yang bisa jadi tepat tetapi bisa juga salah.
b. Dalam Pandangan Budha
Sang Budha bersabda “Kehidupan tidak pasti, namun kematian itu pasti”. Kematian pasti akan datang dan merupakan suatu hal yang wajar, serta harus dihadapi oleh setiap makhluk. Definisi kematian menurut agama Budha tidak hanya sekedar ditentukan oleh unsur-unsur jasmaniah, entah itu paru-paru, jantung ataupun otak. Ketakberfungsian ketiga organ itu hanya merupakan gejala ‘akibat’ atau ‘pertanda’ yang tampak dari kematian, bukan kematian itu sendiri. Faktor terpenting yang menentukan kematian ialah unsur-unsur batiniah suatu makhluk hidup. Walaupun organ-organ tertentu masih berfungsi sebagaimana layaknya secara alamiah ataupun melalui bantuan peralatan medis. Seseorang dapat dikatakan mati apabila kesadaran ajal (cuticitta) telah muncul dalam dirinya. Begitu muncul sesaat, kesadaran ajal akan langsung padam. Pada unsur jasmaniah, kematian ditandai dengan terputusnya kemampuan hidup.
Kematian menurut definisi yang terdapat dalam kitab suci agama Budha adalah hancurnya Khanda. Khanda adalah lima kelompok yang terdiri dari pencerapan, perasaan, bentuk-bentuk pikiran, kesadaran dan tubuh jasmani manusia atau materi. Keempat kelompok pertama merupakan kelompok batin atau ‘nama’ yang membentuk suatu kesatuan kesadaran. Sedangkan kelompok kelima yaitu jasmani manusia atau materi merupakan ‘rupa’, yakni kelompok fisik atau materi. Gabungan batin dan jasmani inilah yang disebut individu, pribadi atau ego.
Peranan kematian adalah untuk menyadarkan setiap manusia akan akhir kehidupannya, bahwa betapa tinggi pun tempatnya, apapun bantuan teknologi atau ilmu kedokteran yang dimilikinya, pada akhirnya tetap harus mengalami hal yang sama yaitu di dalam kubur atau menjadi segenggam debu. Tetapi ini bukanlah akhir dari kehidupan dan kematian, karena proses kelahiran dan kematian akan terus berlangsung hingga kita mencapai kesempurnaan batin. Kematian itu selalu diikuti oleh peleburan dalam kematian itu, atau jika orang dapat melakukan tumimbal lahir ke dalam kehidupan (alam) yang ia ingini, maka tidak ada orang takut kepada kematian.
c. Dalam Pandangan Hindu
Agama Hindu percaya bahawa penjelmaan dan kematian adalah sebagai pandangan jiwa beralih daripada satu badan ke satu laluan untuk mencapai Nirwana, yaitu syurga. Kematian adalah satu peristiwa yang menyedihkan. Manakala sami-sami Hindu menekankan pengebumian adalah satu penghormatan dan tanda peringatan kepada si mati. Masyarakat Hindu membakar mayat mereka, percaya bahawa pembakaran satu mayat menandakan pembebasan semangat dan api adalah mewakili shiva, yaitu dewa pemusnah. Ahli-ahli keluarga akan berdoa di sekeliling badan secepat mungkin selepas kematian. 
 Selepas pembakaran mayat, keluarga akan dihidangkan dan bersembahyang dalam rumah mereka. Orang yang berkabung akan mandi dengan sepenuhnya sebelum memasuki rumah selepas pengebumian. Seorang sami akan melawat dan melakukan upacara sembayang untuk si mati pada hari ke 16 sebagai tujuan mententeramkan si mati. 'Shradh' adalah upacara sembahayang setahun selepas kematian orang. Ini diadakan setahun sekali bagi memperingati mereka. Sami juga berpesan kepada ahli keluarga bahwa pemberian makanan kepada masyarakat miskin adalah satu tanda ingatan kepada si mati.
Menurut agama Hindu, kematian itu merupakan saat yang sangat penting, bahkan saat menentukan arti kehidupan seseorang. Dianjurkan agar orang segera mengingat Tuhan Yang Maha Esa pada saat meninggal. Hanya dengan membiasakan kesadaran ingat Tuhan pada saat meninggal akan terjadi, dan ia akan mampu mengantarkan kita ke tempat yang indah dalam spiritual. Sesungguhnya kematian dan kehidupan secara fundamental bukanlah pengalaman-pengalaman yang tersendiri, yang terisolasi dari yang lain 
d. Dalam Pandangan Kristen
Kematian ialah perpisahan antara tubuh dan roh. Jiwa atau kesadaran tubuh yang tidak memiliki roh. Tubuh bersifat sementara atau fana, sedangkan jiwa atau roh kekal. Karena itu, kematian bukan merupakan akhir dari kisah kehidupan manusia. Ketika manusia mati, tubuh insanilah yang berakhir atau lenyap, sedangkan jiwa atau roh manusia tetap hidup. Tidak dapat dikatakan bahwa dengan kematian segalanya hilang tidak berbekas. Sebab pandangan itu memaksa kita juga beranggapan bahwa segala bagian kemanusiaan, entah bagian jasmaniah, entah bagian psikologi atau segala perbuatan dan hasil usaha manusia itu hanya akan menuju kehancuran belaka.
Katolik Roma, percaya bahwa setelah kematian, jiwa orang yang meninggal berada di tempat penantian, dan jiwa itu dibersihkan sebelum masuk ke dalam sorga. Protestan, mempercayai bahwa seseorang Kristen akan mati dan jiwanya langsung pergi bertemu Allah di sorga. Jiwa itu menantikan saat dibangkitkan dan kerajaan Kristus akan didirikan di dunia.
e. pandangan lainnya

di Mesir kuno, dilakukan pembalseman mayat, yang dikenal dengan mummi. Bangsa mesir kuno percaya bahwa mayat utuh merupakan kediaman bagi roh dalam kehidupan sesudah mati (Ensiklopedi Indonesia, 1983;2310). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates