Freud
menekankan naluri-naluri seksual dan impuls-impuls agresif.ia melihat tingkah
laku sebagai determinasi oleh hasrat memperoleh kesenangan dan menghindari
kesakitan.
Manusia
memiliki naluri-naluri kehidupan maupun naluri-naluri kematian. Menurut Freud segenap kehidupan adalah kematian,
kehidupan tidak lain adalah jalan melingkar kearah kematian.
Sumbangan dari
teori psikoanalitik tentang pandangan manusia :
- Kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami dan pemahaman tentang sifat manusia pada peredaran penderitaan manusia.
- Tingkah laku sering ditentukan oleh faktor-faktor tak sadar.
- Perkembangan masa dini kanak-kanak berpengaruh kuat terhadap kepribadian masa dewasa.
- Teori psikoanalitik menyediakan kerangka kerja untuk memahami cara yang digunakan individu dalam mengatasi kecemasan dengan mengandaikan adanya mekanisme untuk menghindari kecemasan.
- Pendekatan psikoanalitik memberikan cara mencari keterangan dari ketaksadaran melalui analisis atas mimpi, resistensi, dan transferensi.
Konsep
– konsep utama struktur kepribadian
Menurut teori psikoanalitik, struktur
kepribadian terdiri dari tiga sistem, suatu kesatuan yang saling berhubungan.
- Id
Id adalah komponen biologis, bersifat tak sadar,
tak logis, amoral, dan didorong oleh satu kepentingan, memuaskan kebutuhan
naluriah sesuai asas kesenangan. Id merupakan sistem kepribadian yang orisinil,
kepribadian tiap orang hanya terdiri dari id ketika dilahirkan.
- Ego
Ego adalah komponen psikologis dan memiliki
kontak dengan dunia eksternal dari kenyataan. Ego mengendalikan kesadaran,
berlaku realitas, dan berpikir logis serta merumuskan rencana tindakan bagi
pemuasan kebutuhan. Ego adalah tempat bersemayam intelegensi dan rasionalitas
yang mengawasi dan mengendalikan id.
- Superego
Superego adalah cabang moral dan hukum dari
kepribadian yang membedakan apakah suatu tindakan baik atau buruk, benar atau
salah. Superego merepresentasikan hal yang ideal dan mendorong kepada
kesempurnaan. Superego berkaitan dengan imbalan – imbalan, contohnya perasaan
bangga dan mencintai diri, dan hukuman – hukuman, contohnya perasaan berdosa
dan rendah diri.
Kesadaran
dan Ketaksadaran
Konsep tentang
kesadaran dan ketaksadaran merupakan kunci-kunci untuk memahami tingkah laku
dan masalah-masalah kepribadian.
Ketaksadaran
tak bisa dipelajari secara langsung hanya dapat dipelajari dari tingkah laku.
Pembuktian
kelinis guna membuktikan konsep ketaksadaran mencakup :
- Mimpi-mimpi yang merupakan reprentasi-reprentasi simbolik dari kebutuhan-kebutuhan, hasrat-hasrat, dan konflik diluar tak sadar.
- Salah ucap atau lupa, misalnya terhadap nama yang dikenal
- Sugesti-sugesti pascahipnotik
- Bahan-bahan yang berasal dari teknik-teknik asosiasi bebas
- Bahan-bahan yang berasal dari teknik-teknik proyektif
Bagi Freud
kesadaran merupakan bagian terkecil dari keseluruhan jiwa.seperti gunung es
yang mengapung yang bagian terbesarnya barada di bawah permukaan air. Ketaksadaran
itu menyimpan pengalaman-pengalaman, ingatan-ingatan, dan bahan-bahan yang
direpresi. Kebutuhan-kebutuhan
dan motivasi-motivasi yang tak bisa dicapai, yakni terletak di luar kesadaran
juga berada di luar daerah kendali.
Oleh karena itu
sasaran terapi psikoanalitik adalah membuat motif-mtif tak sadar menjadi
disadari. Proses-proses
tak sadar adalah akar segenap gejala dan tingkah laku neurotik. Dari perspektif ini “penyembuhan” adalah upaya
menyingkap makna gejala-gejala, sebab-sebab tingkah laku, dan bahan-bahan yang
direpresi yang merintangi fungsi psikologis yang sehat.
Kecemasan
Pandangan
psikianalitik tentang sifat manusia adalah memahami konsep kecemasan. Kecemasan
adalah suatu keadaan tentang yang memotivasi kita untuk berbuat sesuatu. Fungsinya
adalah memperingatkan adanya bahaya ancaman yakni sinyal bagi ego yang akan
terus meningkat jika tindakan-tindakan yang layak untuk mengatasi ancaman
bahaya itu tidak diambil.
Apabila tak
bisa mengendalikan kecemasan melalui cara-cara yang rasional dan langsung, maka
ego akan menandalkan cara-cara yang tidak realistis, yakni tingkah laku yang
berorientasi pada pertahanan ego.
Kecemasan
realistis adalah ketakutan terhadap bahaya dari dunia external dan taraf
kecemasanya sesuai dengan derajat ancaman yang ada.
Kecemasan
neoritik adalah ketakutan terhadap tidak terkendalinya naluri-naluri yang
menyebabkan seseorang melakukan sesuatu tindakan yang bisa mendatangkan hukuman
bagi hati nurani sendiri.
Orang yang hati nuraninya berkembang baik
cenderung merasa berdosa apabila dia melakukan sesuatu yang berlawanan dengan
kode moral yang dimilikinya.
Bentuk
– bentuk mekanisme pertahanan ego:
- Penyangkalan:
Pertahanan
melawan kecemasan dengan “menutup mata” terhadap keberadaan kenyataan yang
mengancam. Individu menolak sejumlah aspek kenyataan yang membangkitkan
kecemasan. Kecemasan atas
orang yang dicintai, misalnya sering dimanifestasikan oleh penyangkalan
terhadap fakta kematian.
- Proyeksi:
Mengalamatkan
sifat – sifat tertentu yang tidak bias diterima oleh ego kepada orang lain.
Misalnya ia mengutuk orang yang berbuat jahat dan menyangkal bahwa ia mempunyai
sifat jahai itu.
- Fiksasi:
Menjadi
“terpaku” pada tahap – tahap pengembangan yang lebih awal karena
menggambil langkah ke tahap selanjutnya bias menimbulkan kecemasan.
- Regresi:
Melangkah
mundur ke fase perkembangan yang lebih awal yang tuntutanya tidak terlalu
besar.
- Rasionalisasi:
Menciptakan
alas an – alas an yang “baik” guna menghindarkan ego dari cedera. Memalsukan
diri sehinga menyatakaan yang mengecewakan menjadi tidak begitu menyakitkan.
Misal : orang yang ditingal pacarnya.
- Sublimasi:
Menggunakan
jalan keluar yang lebih tinggi atau secara sosial lebih dapat diterima bagi
dorongan – doronganya. Contohnya dorongan agresife yang ada pada seseorang bias
disalurkan dalam aktifitas olah raga.
- Displacement:
Mengarahkan
energi kepada objek atau orang lain apabila objek asal atau orang yang
sesungguhnya tidak bisa dijangkau. Misalnya seorang anak ingin menendang
orang tuanya kemudian menendang adiknya atau kucing.
- Represi:
Melupakan isi kesadaran yang traumatis atau bias
membangkitkan kecemasan ; mendorong kenyataan yang tidak bias diterima kepada
ketak sadaran, atau menjadi tak menyadari hal – hal yang menyakitkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar