Social Icons

Minggu, 07 Juli 2013

Makalah Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)

BAB II
KARYA- KARYA ALBERT ELLIS


Albert Ellis adalah seorang psikolog Amerika yang pada tahun 1955 mengembangkan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT). Dia dianggap sebagai salah satu pencetus perubahan dalam psikoterapi dan juga dianggap sebagai pendiri terapi kognitif-perilaku. Berdasarkan survey 1982  ia dianggap sebagai psikoterapis paling berpengaruh kedua dalam sejarah setelah Carl Rogers. Corak konseling Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) berasal dari aliran pendekatan Kognitif Behavioristik
Albert Ellis, yang telah banyak menerbitkan banyak karangan dan buku, antara lain buku yang berjudul Reason and Emotion in Psychotherapy (1962), The Rational Emotive (1973). Pada awal 2011 buku Rational Emotive Behavior Therapy oleh American Psychological Association. Buku ini menjelaskan esensi dari teori REBT dan dianggap sebagai panduan dasar yang sangat baik dalam memahami pendekatan REBT. Pada saat kematiannya Dr Ellis menulis dan menulis lebih dari 80 buku dan 1200 artikel (termasuk delapan ratus makalah ilmiah) selama hidupnya

Berikut ini adalah beberapa karya Albert Ellis:
·         The Folklore of Sex, Oxford, England: Charles Boni, 1951.
·         Sex, Society and the Individual , 1953
·         The American Sexual Tragedy. NY: Twayne, 1954
·         New Approaches to Psychotherapy Techinigues ., 1955
·         Sex Without Guilt. NY: Hillman, 1958
·         Encyclopedia of sexual Behavior , 1961
·         A Guide to Rational Living. Englewood Cliffs, N.J., Prentice-Hall, 1961
·         Reason and Emotion In Psychotherapy. NY: Lyle Stuart, 1962
·         The Intelligent Women's Guide to Man hunting , 1963
·         The Origins and Development of Incest Taboo , 1963
·         Growth Through Reason: Verbatim Cases In Rational-Emotive Therapy, 1971
·         How to Live With a Neurotic. Wilshire Book Company, 1979
·         Humanistic Psychotherapy: The Rational-Emotive Approach , 1973
·         How to Make Yourself Happy and Remarkably Less Disturbable. 1999
·         How to Control you Anxiety before it Controls you. 2000
·         Rational Emotive Behavior Therapy: It Works for Me–It Can Work for You by Albert Elli., 2004
·         Rational Emotive Behavior Therapy, 2011


BAB III
TEORI DAN TEKNIK KONSELING

1.   Basic Phylosophy

Rational Emotive Therapy atau Teori Rasional Emotif mulai dikembangan di Amerika pada tahun 1960-an oleh Alberl Ellis, seorang Doktor dan Ahli dalam Psikologi Terapeutik yang juga seorang eksistensialis dan juga seorang Neo Freudian. Teori ini dikembangkanya ketika ia dalam praktek terapi mendapatkan bahwa sistem psikoanalisis ini mempunyai kelemahan-kelemahan secara teoritis (Ellis, 1974).
Teori Rasional Emotif ini menitik beratkan manusia kepada tindakan berpikir, menilai, menganalisa, dan bertindak. 
Menurut Ellis unsur pokok terapi rasional-emotif adalah asumsi bahwa berpikir dan emosi bukan dua proses yang terpisah melainkan dua hal yang saling bertumpang tindih, dan dalam prakteknya kedua hal itu saling terkait. Emosi disebabkan dan dikendalikan oleh fikiran. Emosi adalah fikiran yang dialihkan dan diprasangkakan sebagai suatu proses sikap dan kognitif yang intristik. Fikiran-Fikiran seseorang dapat menjadi emosi seseorang dan merasakan sesuatu dalam situasi tertentu dapat menjadi pemikiran seseorang. Atau dengan kata lain, fikiran mempengaruhi emosi dan sebaliknya emosi mempengaruhi fikiran. Fikiran seseorang dapat menjadi emosinya, dan emosi dalam keadaan tertentu dapat berubah menjadi fikiran.
Pandangan yang penting dari teori rasional-emotif adalah konsep hahwa banyak perilaku emosional indiuidu yang berpangkal pada “self-talk:” atau “omong diri” atau internatisasi kalimat-kalimat yaitu orang yang menyatakan kepada dirinya sendiri tentang fikiran dan emosi yang bersifat negatif.

  1. Key Concept

Pandangan tentang Sifat Manusia
Terapi Rasional-Emotif (TRE) adalah aliran psikoterapi yang berlandaskan asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berpikir rasional dan jujur maupun untuk berpikir irasional dan jahat. Manusia memiliki kecenderungan-kecenderungan untuk memelihara diri, berbahagia, berpikir dan mengatakan, mencintai, bergabung dengan orang lain, serta tumbuh dan mengaktualkan diri.
TRE menegaskan bahwa manusia memiliki sumber-sumber yang tak terhingga bagi aktualisasi potensi-potensi dirinya dan bisa mengubah ketentuan-ketentuan pribadi dan masyarakatnya. Menurut TRE, manusia dilahirkan dengan kecenderungan untuk mendesakkan pemenuhan keinginan-keinginan, tuntutan-tuntutan, hasrat-hasrat, dan kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Jika tidak segera mencapai apa yang diinginkan, manusia mempersalahkan dirinya sendiri ataupun orang lain (Ellis, 1973a, hlm. 175-176).
TRE menekankan bahwa manusia berpikir, beremosi, dan bertindak secara simultan. Jarang manusia beremosi tanpa berpikir, sebab perasaan-perasaan biasanya dicetuskan oleh persepsi atas suatu situasi yang spesifik. Dinytakan oleh Ellis (1974, hlm. 313), “Ketika mereka beremosi, mereka juga berpikir dan bertindak. Ketika mereka bertindak, mereka juga berpikr dan beremosi. Ketika mereka berpikir, mereka juga beremosi dan bertindak”.
Tentang sifat manusia, Ellis (1967, hlm. 79-80) menyatakan bahwa baik pendekatan psikoanalitik Freudian maupun pendekatan eksistensial telah keliru dan bahwa metodologi-metodologi yang dibangun di atas kedua sistem psikoterapi tersebut tidak efektif dan memadai.
TRE dan Teori Kepribadian
Neurosis, yang didefinisikan sebagai “berpikir dan bertingkah laku irasional”, adalah suatu keadaan alami yang pada taraf tertentu menimpa kita semua. Keadaan ini berakar dalam pada kenyataan bahwa kita adalah manusia dan hidup dengan manusia-manusia lain dalam masyarakat.
Emosi-emosi adalah produk pemikiran manusia. Jika kita berpikir buruk tentang suatu, maka kita pun akan merasakan sesuatu itu sebagai hal yang buruk. Ellis (1967, hlm. 82) menyatakan bahwa “gangguan emosi pada dasarnya terdiri atas kalimat-kalimat atau arti-arti yang keliru, tidak logis dan tidak disahihkan, yang diyakini secara dogmatis dan tanpa kritik, dan terhadapnya, orang yang terganggu beremosi atau bertindak sampai ia sendiri kalah”.
TRE menekankan bahwa menyalahkan adalah inti sebagian besar gangguan emosional. Oleh karena itu, jika kita ingin menyembuhkan orang yang neurotik atau psikotik, kita harus menghentikan penyalahan diri dan penyalahan terhadap orang lain yang ada pada orang tersebut.
Beberapa gagasan irasional yang menonjol yang terus-menerus diinternalisasi dan tanpa dapat dihindari mengakibatkan kekalahan diri. Ellis (1967, hlm. 48), berpendapat sebagai berikut:
1.    Gagasan bahwa sangat perlu bagi orang dewasa untuk dicintai atau disetujui oleh setiap orang yang berarti di masyarakatnya,
2.   Gagasan bahwa seseorang harus benar-benar kompeten, layak, dan berprestasi dalam segala hal jika seseorang itu menginginkan dirinya dihormati,
3.    Gagasan bahwa orang-oran tertentu buruk, keji, atau jahat, dan harus dikutuk an dihukum atas kejahatannya,
4.    Gagasan bahwa lebih mudah menghindari daripada menghadapi kesulitan-kesulitan hidup dan tanggung jawab-tanggung jawab pribadi,
5.    Gagasan bahwa adalah merupakan bencana yang mengerikan apabila hal-hal menjadi tidak seperti yang diharapkan,
6.    Gagasan bahwa ketidakbahagiaan manusia terjadi oleh penyebab-penyebab dari luar dan bahwa orang-orang hanya memiliki sedikit atau tidak memiliki kemampuan untuk menegndalikan kesusahan-kesusahan dan gangguan-gangguannya, dan
7.   Gagasan bahwa masa lampau adalah determinan yang terpenting dari tingkah laku seseorang sekarang dan bahwa karena dulu sesuatu pernah mempengaruhi kehidupan seseorang, maka sesuatu itu sekarang memiliki efek yang sama.
Teori A-B-C tentang Kepribadian
            Teori A-B-C tentang kepribadian sangatlah penting bagi teori dan praktek TRE. A adalah keberadaan suatu fakta, suatu peristiwa, tingkah laku atau sikap seseorang.
C adalah konsekuensi atau reaksi emosional seseorang, reaksi ini bisa layak dan bisa pula tidak layak. A (peristiwa yang mengaktifkan) bukan penyebab timbulnya C (konsekuensi emosional).
Alih-alih B, yaitu keyakinan individu tentang A, yang menjadi penyebab C, yakni reaksi emosional. Misalnya, jika seseorang mengalami depresi sesudah perceraian, bukan perceraian itu sendiri yang menjadi penyebab timbulnya reaksi depresif, melainkan keyakinan orang itu tentang perceraian sebagai kegagalan, penolakan, atau kehilangan teman hidup. Ellis berkeyakinan akan penolakan dan kegagalan (pada B) adalah yang menyebabkan depresi (pada C), jadi bukan peristiwa perceraiaan yang sebenarnya (pada A). Jadi, manusia bertanggung jawab atas penciptaan reaksi-reaksi emosional dan gangguan-gangguannya sendiri.
            Setelah A-B-C menyusul D, membahas bahwa pada dasarnya D adalah penerapan metode ilmiah untuk membantu para klien menantang keyakinan-keyakinan yang irasional yang telah mengakibatkan gangguan-gangguan emosi dan tingkah laku. Karena prinsip-prinsip logika bisa diajarkan, prinsilp-prinsip ini bisa digunakan untuk menghancurkan hipotesis-hipotesis yang tidak realistis dan yang tidak bisa diuji kebenarannya.
Ellis menambahkan E untuk rumus ABC ini. Seorang terapis harus me­lawan (dispute, D) keyakinan-keyakinan irasional itu agar kliennya bisa menikmati dampak-dampak (effects, E) psikologis positif dari keyakinan-keyakinan yang rasional. Sebagai contoh, “orang depresi merasa sedih dan kesepian karena dia keliru berpikir bahwa dirinya tidak pantas dan merasa tersingkir”. Padahal, penampilan orang depresi sama saja dengan orang yang tidak mengalami depresi. Jadi, Tugas seorang terapis bukanlah menyerang perasaan sedih dan kesepian yang dialami orang depresi, melainkan menyerang keyakinan mereka yang negatif terhadap diri sendiri.

Tujuan Relational - Emotive Therapy

Ellis menunjukkan bahwa banyak jalan yang digunakan dalam terapi rasional
Emotif yang diarahkan pada satu tujuan utama, yaitu : " meminimalkan pandangan yang mengalahkan diri dari klien dan membantu klien untuk memperoleh filsafat hidup yang lebih realistik". Tujuan psikoterapis yang lebih baik adalah menunjukkan kepada klien bahwa verbalisasi-verbalisasi diri mereka telah dan masih merupakan sumber utama dari gangguan-gangguan emosional yang dialami oleh mereka.
TRE mendorong mendorong suatu reevaluasi filosofis dan ideologis berlandaskan asumsi bahwa masalah–masalah manusia berakar secara filosofis.  Jadi, TRE tidak di arahkan semata–semata pada penghapusan gejala ( Ellis. 1967, hlm. 85; 1973a, hlm. 172 ). Jika masalah yang di hadirkan oleh klien adalah ketakutan atas kegagalan perkawinan, sasran yang dituju oleh seorang terapis bukan hanya pengurangan ketakutan yang spesifik itu, melainkan penanganan atas rasa takut gagal pada umumnya.
Ringkasnya, proses terapeutik terdiri atas penyembuhan irasionalitas dengan rasionalitas. Karena individu pada dasarnya adalah makhluk rasional dan karena sumber ketidakbhagiaannya adalah irasionalitas, maka individu bisa mencapai kebahagiaan dengan belajar berpikir rasional. Proses terapi, karenanya sebagian besar adalah proses belajar-mengajar. Menghapus pandangan hidup klien yang mengalahkan diri dan membantu klien dalam memperoleh pandangan hidup yang lebih toleran dan rasional.
Tujuan dari Rational Emotive Theory adalah:
·         Memperbaiki dan mengubah segala perilaku yang irasional dan tidak logis menjadi rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan dirinya.
·         Menghilangkan gangguan emosional yang merusak
·         Untuk membangun Self Interest, Self Direction, Toleransi, Acceptance of Uncertainty, Fleksibel, Komitmen, Scientific Thinking, Risk Taking, dan Self Acceptance Klien.


1.   Hubungan terapeutik antara terapis dan klien

Menurut Ellis, kehangatan pribadi , afeksi, dan hubungan pribadi antara terapis dan klien yang intens memiliki arti yang sekuder. Ia percaya bahwa hubungan yang baik antara klien dan terapis merupakan sesuatu yang sangat diharapkan. Menurut Ellis ( 1973a, hlm. 196 ), para pempraktek emosional – emotif cenderung tampil informal dan menjadi dirinya sendiri.
Terapis berfungsi sebagai guru dan klien sebagai murid. Hubungan pribadi antara terapis dan klien tidak esensial. Klien memperoleh pemahaman atas masalah dirinya dan kemudian harus secara aktif menjalankan pengubahan tingkah laku yang mengalahkan diri.
Patut dicatat, meskipun hubungan pribadi atau kehangatan dan afeksi antara terapis dan klien tidak dipandang sangat penting dalam TRE, bukan berarti bahwa transferensi tidak dianggap signifikan. Ellis ( 1967, hlm. 87 ) percaya bahwa hubungan antara terapis dan klien merupakan bagian yang berarti dari proses terapeutik, tetapi arti itu berbeda dengan arti yang terdapat dalam sebagian besar psikoterapi lainnya. Ellis menyatakan bahwa TRE menekankan pentingnya peran terapis sebagai model bagi para klien. Selama pertemuan terapi, terapis memainkan peran sebagai model yang tidak terganggu secara emosional dan hidup secara rasional.


Teknik Terapi Relational – Emotive

Terapi realitas bisa ditandai sebagai terapi yang aktif secara verbal.
Prosedur – prosedurnya difokuskan pada kekuatan-kekuatan dan potensi-potensi klien yang dihubungkan dengan tingkah lakunya sekarang dan usahanya mencapai keberhasilan dalam hidup. Dalam membantu klien untuk menciptakan identitas keberhasilan, terapis bisa menggunakan beberapa teknik sebagai berikut :
1.   Terlibat dalam permainan peran dengan klien.
2.   Menggunakan humor.
3.   Mengonfrontasikan klien dan menolak dalih apapun.
4.   Membantu klien dalam merumuskan rencana-rencana yang sesifik bagi tindakan.
5.   Bertindak sebagai model dan guru.
6.   Memasang batas-batas dan menyusun situasi terapi.
7.   Menggunakan "terapi kejutan vebal" atau sarkasme yang layak untuk mengkonfrontasikan klien dengan tingkah lakunya yang tidak realistis.
8.   Melibatkan diri dengan klien dalam upayanya mencari kehidupan yang lebih efektif.
9.   Manusia berfikir, berperasaan dan bertindak secara serentak. Kaitan yang begitu erat menyebabkan jika salah satu saja menerima gangguan maka yang lain akan terlibat sama. Jika salah satu diobati sehingga sembuh, dengan sendirinya yang dua lagi akan turut terobati.

Dalam terapi rasional emotif, terdapat tiga teknik yang besar: 
1.   Teknik-Teknik Kognitif
a.   Teknik-teknik kognitif adalah teknik yang digunakan untuk mengubah cara berfikir klien. Ada empat teknik besar dalam teknik-teknik kognitif :
Teknik Pengajaran -Teknik ini memberikan keleluasan kepada konselor untuk berbicara serta menunjukkan sesuatu kepada klien, terutama menunjukkan bagaimana ketidaklogikan berfikir itu secara langsung menimbulkan gangguan emosi kepada klien tersebut.
b.   Teknik Persuasif - Meyakinkan klien untuk mengubah pandangannya kerana pandangan yang ia kemukakan itu tidak benar. Konselor langsung mencoba meyakinkan, mengemukakan pelbagai argumentasi untuk menunjukkan apa yang dianggap oleh klien itu adalah tidak benar.
c.   Teknik Konfrontasi - Konselor menyerang ketidaklogikan berfikir klien dan membawa klien ke arah berfikir yang lebih logik.
d.   Teknik Pemberian Tugas - Konselor memberi tugas kepada klien untuk mencoba melakukan tindakan tertentu dalam situasi nyata. Misalnya, menugaskan klien bergaul dengan anggota masyarakat kalau mereka merasa dipencilkan dari pergaulan atau membaca buku untuk memperbaiki kekeliruan caranya berfikir

2.   Teknik-Teknik Emotif
Teknik-teknik emotif adalah teknik yang digunakan untuk mengubah emosi klien. Antara teknik yang sering digunakan ialah:
a.   Assertive Training, yaitu teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong dan membiasakan klien untuk secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan perilaku tertentu yang diinginkan. 
b.   Sosiodrama, yang digunakan untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan-perasaan negatif) melalui suatu suasana yang didramatisasikan sedemikian rupa sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri secara lisan, tulisan, ataupun melalui gerakan-gerakan dramatis. 
c.   Self Modeling, yakni teknik yang digunakan untuk meminta klien agar “berjanji” atau mengadakan “komitmen” dengan konselor untuk menghilangkan perasaan atau perilaku tertentu. 
d.   Imitasi, yakni teknik yang digunakan di mana klien diminta untuk menirukan secara terus menerus suatu model perilaku tertentu dengan maksud menghadapi dan menghilangkan perilakunya sendiri yang negatif.

3.   Teknik-Teknik Behavioristik
Teknik ini khusus untuk mengubah tingkah laku pelajar yang tidak diingini. Antara teknik ini ialah:
a.   Teknik Reinforcement - Mendorong klien ke arah perilaku yang diingini dengan jalan memberi pujian dan hukuman. Pujian pada perilaku yang betul dan hukuman pada perilaku negatif yang dikekalkan.
b.   Teknik Social Modelling - Digunakan membentuk perilaku baru pada klien melalui peniruan, pemerhatian terhadap Model Hidup atau Model Simbolik dari segi percakapan dan interaksi serta pemecahan masalah.
Berdasarkan kepada penjelasan teknik di atas, dapat dilihat bahwa
teknik terapi terapi rasional emotif ini bukan saja terbatas pada sisi konseling, tetapi juga berlaku di luar sesi konseling.
c.   Ellis berpendapat bahwa mungkin tidak ada kondisi tunggal atau sekumpulan kondisi yang memadai dan yang esensial bagi terjadinya perubahan. TRE menandaskan bahwa orang-orang bisa mengalami perubahan melalui banyak jalan yang berbeda seperti pengalaman hidup yang berarti untuk menentukan perubahan kepribadian yang tahan lama.
d.   Teknik TRE yang esensial adalah mengajar secara aktif-direktif. terapis memainkan peran sebagi pengajar yang aktif untuk meredukasi klien. terapis menunjukan penyebab ketidak logisan gangguan yang dialami klien dan verbalisasi-verbalisasi diri yang lama mengganggu kehidupan klien.

.
Prosedur terapeutik yang digunakan terapis TRE Ellis menyatakan metode yang bervariasi itu yang paling efektif digunakan dengan maksud membantu klien mencapai suatu perubahan kognitif yang mendasar. Pelaksanaan pekerjaan rumah juga telah dimasukan dalam bagian integral dari praktek TRE untuk membantu klien dalam upayanya mempraktekan perlawanan atas ketakutan irasional.

Orang yang paling efektif ditangani TRE:
1.          Kesediaan klien untuk mempraktekkan pelaksanaan pekerjaan rumah.
2.         TRE lebih efektif dalam menangani para klien yang tidak terganggu serius atau hanya memiliki satu gejala utama
Tipe klien yang ditangani dengan prosedur TRE: klien yang mengalami kecemasan moderat, masalah perkawinan, mengalami kesulitan seksual, mengalami gangguan kepribadian neurotik, mengalami gangguan karakter, para remaja nakal, para kriminal dewasa, psikotik borderline, para psikotik yang memiliki kontra dengan kenyataan dan klien yang memiliki masalah-masalah psikosomatik


Aplikasi

Pendekatan ini menekankan pada pentingnya pemikiran sebagai dasar dari gangguan-gangguan pribadi. Sumbangan utamanya adalah penekanannya pada keharusan praktek dan bertindak menuju perubahan tingkah laku masalah.
Pendekatan konseling RET merupakan konseling yang sudah terbukti efektifitasnya dalam mengatasi permasalahan anak-anak dan remaja di Luar Negeri. Banks & Zionts, 2009 mencatat beberapa ahli yang telah membuktikan bahwa konseling RET efektif, seperti Ellis, Wilde, Knaus, LaConte, Shaw&Dunn, Snap&Farrel, Vernon, dan juga Zionts. Hal yang serupa juga ditemukan dalam studi yang dilakukan oleh Lam (2001) mengenai penggunaan Cognitive behaviour therapy dalam mengatasi masalah bulimia nervosa. Sejalan dengan hal itu, studi lain yang dilakukan oleh Albert Ellis sendri sebagai penggagas pendekatan ini menunjukkan keberhasilan dalam mengatasi masalah-masalah yang dialami oleh kliennya.
Pendekatan RET memiliki keunggulan dibandingkan dengan konseling yang menggunakan pendekatan lain. Pendekatan RET merupakan pendekatan yang bersifat didaktik. Konselor merupakan pendidik yang harus melakukan transfer pengetahuan dan keterampilan mengenai RET kepada klien. Karakteristik ini sesuai dengan bimbingan dan konseling di Indonesia yang memang berada pada wilayah pendidikan. Bahkan, pendidikan Indonesia yang menempatkan guru (termasuk juga guru BK/konselor) dalam posisi yang tidak dapat setara secara obsolut dengan siswa (beberapa pendekatan konseling menempatkan konselor dan klien dalam posisi yang setara) dapat menjadi nilai tersendiri bagi pendekatan RET. Keunggulan yang lain adalah pendekatan RET bertujuan agar klien pada akhirnya menjadi terapis untuk dirinya sendiri. Itu mengapa konselor mengajarkan pengetahuan dan keterampilan mengenai RET kepada klien.

Pendekatan rasional emotif yang dikembangkan oleh Albert Ellis mempunyai kontribusi berikut:
1.     Rasional Emotif menawarkan dimensi kognitif dan menantang klienuntuk meneliti rasionalitas dari keputusan yang telah diambil sertanilai yang klien anut.
2.     Rasional Emotif memberikan penekanan untuk mengaktifkan pemahaman yang di dapat oleh klien sehingga klien akan langsung mampu mempraktekkan perilaku baru mereka.
3.     Rasional emotif menekankan pada praktek terapeutik yangkomprehensif dan eklektik.
4.     Rasional emotif mengajarkan klien cara-cara mereka bisa melakukan terapi sendiri tanpa intervensi langsung dari terapis.
 
Kekurangan dari pendekatan ini adalah sebagai berikut:
1.     Rasional emotif tidak menekankan kepada masa lalu sehingga dalam proses terapeutik ada hal-hal yang tidak diperhatikan.
2.     Rasional emotif kurang melakukan pembangunan hubungan antaraklien dan terapis sehingga klien mudah diintimidasi oleh konfrontasicepat terapis.
3.     Klien dengan mudahnya terbius dengan oleh kekuatan dan wewenangterapis dengan menerima pandangan terapis tanpa benar-benarmenantangnya atau menginternalisasi ide-ide baru.
4.     Kurang memperhatikan faktor ketidaksadaran dan pertahanan ego

CATATAN AKHIR

1.   Corey Gerald, Teori dan Paktek Konseling & Psikoterapi, PT Refika Aditama : Bandung, 2007, hlm.238







DAFTAR PUSTAKA

Badrujaman, Aip. “Penggunaan Pendekatan Rational Emotif Therapy (RET) pada setting  sekolah di Indonesia”.
http://bkpemula.files.wordpress.com/2011/12/02 aip_badrujaman_rebt.pdf (diakses 27 Mei 2012)

Corey, Gerald. 2005. Teori dan Praktik Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.

Corey, Gerald. (2007). Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.

Dhiyan. “Terapi Rasional Emotif.” http://dhiyan-psikologiasyik.blogspot.com/2008/06/terapi-rasional-emotif.html (diakses tanggal 24 Mei 2012)

File Universitas Pendidikan Indonesia. “Rational-Emotive_Therapy_Counseling.” http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195505161981011-

Hijriani, Susan. “Ratinal Emoted Teorhy.” http://susanhijriani.blogspot.com/2008/03/rational-emoted-theory.html (diakses 24 Mei 2012)

http://marabpisurya.blogspot.com/2011/01/pendekatan-kognitif.html (diakses pada tanggal 24 Mei 2012)

http://www.rebt.ws/albertellisbiography.html (diakses pada tanggal 27 Mei 2012)

Naisaban, L. (2004). Para Psikolog Terkemuka Dunia: Riwayat Hidup, Pokok Pikiran, Dan Karya. Jakarta: PT.Gramedia Widiasarana Indonesia


Singgih D. Gunarsa, Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT. BPK. Gunung Mulia, 1992

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates