BAB II
PEMBAHASAN
I.
Pengertian anak dengan kebutuhan khusus
Anak
berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki
perbedaan dengan anak-anak secara umum atau rata-rata anak seusianya. Anak dikatakan berkebutuhan khusus
jika ada sesuatu yang kurang atau bahkan
lebih dalam dirinya. Sementara
menurut Heward, anak berkebutuhan khusus
adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya
tanpa selalu menunjukan pada
ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.
Anak
berkebutuhan khusus adalah anak yang memerlukan penanganan khusus sehubungan dengan gangguan
perkembangan dan kelainan yang dialami anak. Mereka yang digolongkan pada anak
yang berkebutuhan khusus dapat dikelompokkan berdasarkan ganngguan atau
kelainan pada aspek :
Ø
Fisik/motorik a.l.
cerebral palsi, polio
Ø
Kognitif :
mentalretardasi, anak unggul ( berbakat )
Ø
Bahasa dan
bicara
Ø
Pendengaran
Ø
Penglihatan
Ø
Sosial emosi
Anak
tersebut membutuhkan metode, material, pelayanan dan peralatan yang khusus agar
dapat mencapai perkembangan yang optimal. Karena anak-anak tersebut mungkin
akan belajar dengan kecepatan yang berbeda dan juga dengan cara yang berbeda. Walaupun
mereka memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda dengan anak-anak secara
umum, mereka harus mendapat perlakuan dan kesempatan yang sama. Hal ini dapat
dimulai dengan cara penyebutan terhadap anak dengan kebutuhan khusus tersebut.
Yang
termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu,tunagrahita, tunadaksa,
tunalaras, kesulitan belajar, gangguan perilaku, anak berbakat, anak dengan
gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar
biasa dan anak cacat.
Karena
karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan
pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka,
contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi
tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Anak
berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai
dengan kekhususannya masing-masing. SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B
untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa,
SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda.
II.
Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus
Setelah
dilakukan beberapa deteksi tumbuh kembang di atas, orang tua maupun pendidik dapat mengetahui jenis
kebutuhan yang diperlukan anak. Ada beberapa kategori anak berkebutuhan khusus
yang dapat diindentifkasi. Adapun jenis kategori tersebut antara lain :
- Anak
dengan gangguan penglihatan (Tuna Netra).
Tuna
netra adalah gangguan daya penglihatan, berupa kebutaan menyeluruh atau sbagian, dan walaupun mereka
telah diberi pertolongan alat bantu
khusus mereka masih tetap mendapat
Pendidikan khusus. Kehilangan
kemampuan penglihatan adalah suatu kondisi dimana fungsi penglihatannya
mengalami penurunan mulai dari derajat yang ringan hingga yang paling berat.
Ada dua kategori besar yang tergolong dengan kehilangan kemampuan penglihatan
yaitu:
- Low vision
yaitu, orang yang mengalami kesulitan untuk menyelesaikan
tugas-tugasnya yang berkaitan dengan penglihatan namun dapat menyelesaikan
tugas tersebut dengan menggunakan strategi pendukung penglihatan, melihat
dari dekat, penggunaan alat-alat
bantu dan juga modifikasi lingkungan sekitar.
- Kebutaan
yaitu, orang yang kehilangan kemampuan penglihatan atau hanya memiliki kemampuan untuk
mengetahui adanya cahaya atau tidak. Penyebab terjadinya kehilangan
kemampuan penglihatan adalah karena adanya permasalahan pada struktur atau
fungsi dari mata.
Ciri-ciri Tuna Netra :
Anak-anak dengan gangguan penglihatan dapat dietahui
dengan ciri-ciri berikut :
v
Tidak mampu melihat
v
Tidak mampu
mengenali pada jarak 6 meter
v
Kerusakan nyata pada
kedua bola mata
v
Sering
meraba-raba/tersandung waktu berjalan
v
Mengalami kesulitan
saat mengambil benda kecil di sekitarnya
v
Bagian bola mata
yang hitam berwarna keruh/bersisik/kering
v
Peradangan hebat
pada kedua bola mata
v
Posisi mata sulit
dikendalikan oleh syaraf otak, antara lain mata bergoyang- goyang terus
Cara membantu anak dengan gangguan
penglihatan
Berikut beberapa cara untuk membantu anak dengan gangguan
penglihatan, antara lain :
a)
Karena anak-anak
yang buta tidak dapat menangkap informasi melalui penglihatan mereka, guru
harus menggunakan indra pendengar, peraba, pengecap, dan pembau saat
menyampaikan pelajaran. Guru harus semaksimal mungkin menggunakan kesempatan
mengajar melalui indera- indera tersebut.
Guru harus dapat melibat semua indera untuk membantu indera penglihatan.
b)
Guru sebaiknya
mengingat bahwa humor dan intonasi suara merupakan hal yang penting ketika
mengajar anak yang memiliki kelemahan pada penglihatan ini.
c)
Penjelasan verbal yang diberikan guru harus jelas dan
tidak berbelit-belit. Guru harus spesifik dalam memberikan perintah atau
meminta tanggapan. Hindarilah penjelasan atau pertanyaan yang tidak jelas.
d)
Karena beberapa anak
yang memiliki kelemahan dalam penglihatan menggunakan braille, harus
disediakan semua bahan pembelajaran dalam bentuk braille.
e)
Guru harus
menggunakan musik yang dapat memberikan rasa aman, merangsang
pikiran, dan membantu murid yang buta untuk membangun konsep pebelajaran. Musik
juga dapat memberikan kesempatan pertumbuhan mental, spiritual, dan sosial.
f)
Krayon, kertas,
pensil, tanah liat, dan cat air semuanya dapat membantu anak yang memiliki
kelemahan pada penglihatan untuk mengekspresikan emosi mereka. Bantulah mereka untuk mengekspresikannya
melalui seni dan keterampilan. Meskipun untuk melakukannya mereka membutuhkan
bimbingan yang lebih daripada anak-anak lain.
g)
Bermain peran membantu anak mengingat peristiwa, ide-ide, dan situasi. Kegiatan ini
juga dapat membantu mereka mengingat kejadian-kejadian di rumah mereka dan
situasi lainnya. Berbagai pengalaman dapat diperagakan, bahkan pengalaman-pengalaman
dari situasi nyata yang dialami oleh anak.
- Anak
Dengan Gangguan Pendengaran ( Tuna Rungu )
Keadaan
kehilangan pendengaran meliputi seluruh gradasi /tingkatan baik ringan, sedang,
berat dan sangat berat yang akan mengakibatkan pada gangguan komunikasi dan
bahasa. Ketunarunguan ini dapat digolongkan dalam kurang dengar atau tuli. Gangguan pendengaran merupakan gangguan yang
menghambat proses informasi bahasa
melalui pendengaran, dengan maupun tanpa alat
pengeras, bersifat permanen maupun sementara, yang mengganggu proses
pembelajaran anak.
Penyebab gangguan pendengaran terbagi dalam dua kategori,
yaitu :
- Faktor genetik. Pengaruh genetik dapat
menyebabkan cacat tulang telinga bagian tengah, sehingga mengakibatkan
berkurangnya pendengaran.
- Faktor lingkungan/pengalaman. Lingkungan yang
mempengaruhi pendengaran biasanya berupa serangan penyakit, misalnya
campak, radang telinga, pemakaian obat-obatan, trauma suara terlalu keras.
Berdasarkan tingkat keberfungsian telinga dalam mendengar
bunyi, ketunarunguan dapat diklasifikasikan ke dalam empat kategori, yaitu:
- Ketunarunguan ringan, yaitu kondisi di mana
orang masih dapat mendengar bunyi
dengan intensitas 20-40 dB (decibel, disingkat dB, ukuran untuk
intensitas/tekanan pada bunyi)). Mereka sering tidak menyadari bahwa
sedang diajak bicara, mengalami sedikit kesulitan dalam percakapan.
- Ketunarunguan sedang, yaitu kondisi di mana
orang masih dapat mendengar bunyi dengan intensitas 40-65 dB. Mereka
mengalami kesulitan dalam percakapan tanpa memperhatikan wajah pembicara,
sulit mendengar dari kejauhan atau dalam suasana gaduh, tetapi dapat
terbantu dengan alat bantu dengar (hearing aid).
- Ketunarunguan berat, yaitu kondisi di mana orang
hanya dapat mendengar bunyi dengan intensitas 65-95 dB. Mereka sedikit
memahami percakapan pembicara bila memperhatikan wajah pembicara dengan
suara keras, tetapi percakapan normal praktis tidak mungkin dilakukannya,
tetapi dapat terbantu dengan alat bantu dengar.
- Ketunarunguan parah , yaitu kondisi di mana
orang hanya dapat mendengar bunyi dengan intensitas 95 dB atau lebih
keras. Percakapan normal tidak mungkin baginya, ada yang dapat terbantu
dengan alat bantu dengar tertentu, sangat bergantung pada komunikasi
visual.
Ciri-ciri Tuna Rungu :
v
Tidak mampu dengar
v
Terlambat
perkembangan bahasa
v
Sering menggunakan
isyarat dalam berkomunikasi
v
Kurang / tidak
tanggap bila diajak bicara
v
Ucapan kata tidak
jelas
v
Kualitas suara
aneh/monoton.
v
Sering memiringkan
kepala dalam usaha mendengar
v
Banyak perhatian
terhadap getaran
v
Keluar nanah dari
kedua telinga
v
Terdapat kelainan
organis telinga
Cara membantu anak dengan gangguan
pendengaran
Pada gangguan pendengaran, anak dapat dibantu
dengan :
·
Menjelaskan setiap
kegiatan yang dilakukan, mengapa dilakukan dan harus diselesaikan dengan visual
suport.
·
Selalu menggunakan
gambar dan tulisan untuk menjelaskan suatu objek, konsep, dan bahasa.
·
Menjelaskan hal-hal
yang dilihat selama dalam perjalanan atau yang menarik perhatian anak.
·
Berbicara dengan
jelas, tepat, dan dalam tekanan yang normal pada anak.
·
Tunjukkan ekspresi
yang jelas untuk mewakili apa yang dibicarakan agar anak dapat membaca mimik
dan bibir sehingga dapat mengerti maksud pembicaraan.
- Anak retardasi mental ( Tuna Garhita )
Adalah
individu yang secara signifikan memiliki intelegensi di bawah intelegensi
normal dengan skor IQ sama atau lebih rendah dari 70. Tuna grahita dapat
diklasifikasikan kedalam tiga kelompok :
1. Kelompok mampu
didik, IQ 68-78
2. Kelompok mampu
latih, IQ 52-55
3. Kelompok mampu
rawat, IQ 30-40
Tunagrahita
adalah kondisi kelainan/keterbelakangan mental, (retardasi mental) atau tingkah
laku akibat kecerdasan yang terganggu, yang disebabkan oleh fungsi-fungsi
kognitif yang sangat lemah. Adakalanya cacat mental dibarengi dengan cacat
fisik sehingga disebut cacat ganda . Misalnya, cacat intelegensi yang mereka
alami disertai dengan keterbelakangan penglihatan (cacat pada mata), ada juga
yang disertai dengan gangguan pendengaran. Adanya cacat lain selain cacat
intelegensi inilah yang menciptakan istilah lain untuk anak tunagrahita yakni
cacat ganda.
American
Association on Mental Retardation mendefinisikan anak dengan keterbelakang
mental adalah anak-anak yang memiliki fungsi intelektual di bawah rata-rata,
terlihat memiliki kesulitan dalam
perilaku adaptif yang dimunculkan melalui kesulitan membuat konsep,
keterampilan sosial dan praktik perilaku
adaptif dan terjadi pada rentang usia perkembangannya yaitu di bawah 18
tahun.
Penyebab terjadinya keterbelakangan mental ini terbagi
atas:
Ø
Saat prenatal,
biasanya dikarenakan adanya abnormalitas dari kromosom. Contohnya adalah Down Syndrome, Fragile X Syndrome,
Prader-Willi syndrome, Fetal alcohol syndrome, Phenylketonuria, infeksi yang disebabkan oleh virus
Toxoplasmosis.
Ø
Saat Perinatal,
biasanya terjadi selama atau seketika setelah anak lahir. Anak yang lahir
prematur dengan berat badan lahir
rendah, sangat kecil, kekurangan oksigen pada waktu lahir, penggunaan alat
bantu seperti forcep yang kurang tepat.
Ø
Post natal, bisa
saja ketika selama kehamilan dan saat kelahiran anak tidak mengalami gangguan
apapun namun setelah itu anak terkena
radang otak seperti encephalitis,
keracunan timbal dan gangguan lain yang menyebabkan kerusakan otak maka kondisi ini dapat
menyebabkan terjadinya keterbelakangan mental pada anak.
Ciri-ciri Tuna Grahita adalah :
v
Penampilan fisik
tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil/besar
v
Tidak dapat mengurus
diri sendiri sesuai usia
v
Perkembangan
bicara/bahasa terlambat
v
Tidak ada/kurang
sekalai perhatiannya terhadap lingkungan (pandangan kosong),
v
Koordinasi gerakan
kurang (gerakan sering tidak terkendali)
v
Sering keluar ludah
(cairan) dari mulut (ngiler)
Cara membantu anak retardasi mental
Upaya yang dapat dilakukan pada anak
retardasi mental antara lain :
a)
Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
·
Pendidikan kesehatan
pada masyarakat
·
Perbaikan keadaan
sosio-ekonomi
·
Perawatan pre-natal
·
Pertolongan
persalinan yang baik
·
Mengurangi kehamilan
pada wanita di bawah 20 tahun dan di atas 40 tahun
b)
Latihan
·
Mengajarkan
keterampilan hidup (seperti makan, berpakaian, menjaga kebersihan badan)
·
Melibatkan anak
dalam pergaulan sosial dengan teman sebaya atau orang yang lebih tua
·
Memberi kegiatan
sesuai minat dan kebutuhan anak
·
Memperkenalkan
hal-hal yang baik dan tidak baik sejak usia dini
- Anak
dengan kelainan fisik ( Tuna Daksa)
Merupakan
gangguan fisik yang berkaitan dengan tulang, otot, sendi dan system persarafan,
sehingga memerlukan pelayanan khusus. Salah satu contoh adalah Cerebral Palsy.
Cerebral Palsy (CP, Kelumpuhan Otak Besar) adalah suatu keadaan yang ditandai
dengan buruknya pengendalian otot, kekakuan, kelumpuhan dan gangguan
fungsi saraf lainnya. CP bukan merupakan
penyakit dan tidak bersifat progresif (semakin memburuk).
CP
bisa disebabkan oleh cedera otak yang terjadi pada saat bayi masih berada dalam
kandungan, proses persalinan berlangsung, bayi baru lahir, anak berumur kurang
dari 5 tahun. Akan tetapi kebanyakan penyebabnya tidak diketahui.Sebagian lagi
kasus terjadi akibat cedera lahir dan berkurangnya aliran darah ke otak
sebelum, selama dan segera setelah bayi lahir. Bayi prematur sangat rentan
terhadap CP, kemungkinan karena pembuluh
darah ke otak belum ‘berkembang secara sempurna dan mudah mengalami perdarahan
atau karena tidak dapat mengalirkan oksigen dalam jumlah yang memadai ke otak.
Gangguan
ini biasanya berpengaruh pada gerakan kasar dan gerakan halus dari seseorang.
Gangguan ini bisa bersifat ringan hingga yang berat. Contoh Tuna Daksa lainnya adalah :
Ø
Kelainan bawaan yang
menyebabkan terjadinya telapak kaki rata, jumlah anggota tubuh yang tidak
lengkap atau berlebih.
Ø
Penyakit seperti poliomyelitis,
TBC tulang dll
Ø
Penyebab lain
seperti gangguan neurologis dan lingkungan, yang menyebabkan cerebral palsy,
spina bifida, amputasi, retak atau terbakar).
Cerebral palsy merupakan gangguan
pada fisik yang cukup banyak dikenal orang.
Ciri-ciri Tuna Daksa adalah:
v
Anggota gerak tubuh
kaku/lemah/lumpuh,
v
Kesulitan dalam
gerakan (tidak sempurna, tidak lentur/tidak terkendali),
v
Terdapat bagian
anggota gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna/lebih kecil dari biasa,
v
Terdapat cacat pada
alat gerak,
v
Jari tangan kaku dan
tidak dapat menggenggam
v
Kesulitan pada saat
berdiri/berjalan/duduk, dan menunjukkan sikap tubuh tidak normal
Cara membantu anak dengan kelainan fisik
Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan
untuk membantu anak dengan kelainan fisik, antara lain :
a)
Bina Mandiri :
·
Kenali kondisi
anak. Kondisi anak dapat dikenali dengan
melakukan diagnosa dan perawatan yang tepat.
Dengan mengenali kondisi anak, guru dapat menentukan perlakuan yang
tepat sesuai kekurangan pada fisik anak.
·
Bersikap positif.
Selalu memberi dukungan dan pengertian pada anak tetapi tidak memberi harapan
palsu.
·
Selalu memberi cinta.
Cinta dan kasih sayang orang di sekeliling menjadi kekuatan terbesar bagi anak
untuk mengatasi kekurangannya. Tunjukkan rasa cinta tanpa pamrih melalui
pelukan, ciuman, genggaman tangan, meluangkan waktu untuk meberi bantuan.
·
Menghadirkan keadaan
normal. Selalu menciptakan kegiatan yang normal. Kegiatan yang disusun tidak terlalu memanjakan atau melindungi
anak, karena akan menghambat perkembangan anak.
·
Selalu menghargai
anak melalui kata-kata maupun tindakan. Memberitahu kelebihan anak yang dapat
digunakan untuk menghadapi permasalahan anak.
·
Memberikan fasilitas
berupa berbagai alat bantu untuk menambah dan mempermudah anak beraktivitas.
·
Membantu anak
berinteraksi. Bagaimana menghadapi dan menerima kehadiran anak lain. Melibatkan
anak secara aktif pada berbagai kegiatan.
b)
Rehabilitasi medik :
·
Fisioterapi :
relaksasi, terapi manipulasi, latihan keseimbangan, latihan koordinasi, latihan
mobilisasi, latihan ambulasi dan latihan Bobath dengan teknik inhibisi,
fasilitasi dan stimulasi latihan dapat diberikan ditempat tidur, di gymnasium,
di kolam renang.
·
Terapi Okupasi
:
o
Latihan diberikan dalam bentuk aktifitas
permainan, dengan menggunakan plastisin, manik-manik, puzzle; dengan
berbagai bentuk gerakan, ketepatan arah, permainan yang memerlukan keberanian.
o
Aktifitas kehidupan sehari-hari : berpakaian, makan minum, penggunaan
alat perkakas rumah tangga dan aktifitas belajar.
o Seni
dan ketrampilan : menggunting, menusuk, melipat, menempel dan mengamplas.
·
Terapi Wicara : pada
anak dengan gangguan komunikasi/bicara dengan latihan dalam bahasa pasif :
anggota tubuh, benda-benda di dalam/diluar rumah dan disekolah dan dalam bahasa
konsonan, suku kata, kata, kalimat. dengan pengucapan huruf hidup/voval,
·
Terapi Musik :
tujuannya menumbuhkembangkan potensi-potensi pada anak yang berkelainan baik
fisik, mental intelektual maupun sosial emosional sehingga mereka akan
berkembang menjadi percaya diri sendiri. Pelayanan tersebut dengan cara melatih
: ritme, nada dan irama, interfal, tarian, drama, cerita, senam, pengenalan
alat musik, pengenalan lagu, latihan baca sajak/puisi.
·
Psikolog :
pemeriksaan kecerdasan, psikoterapi, edukasi pada orang tua dan keluarga agar
dapat menghadapi anak dengan kelainan tersebut.
·
Sosial Medik : memberikan pelayanan mencari data keluarga,
sosial, ekonomi, pendidikan, lingkungan tempat tinggal, dsb. Yang dapat bermanfaat bagi para dokter dan
terapis dalam menyusun program rehabilitasi. Selain itu pelayanan yang
berhubungan dengan Yayasan-yayasan sosial lainnya, Kantor Departemen sosial,
Rumah sakit, Sekolah, sehingga dapat terjalin hubungan erat dengan berbagai
instansi yang sangat penting untuk keberhasilan program rehabilitasi .
·
Ortotik Prostetik : memberikan pelayanan
pembuatan alat-alat bantu; misal brace, tongkat ketiak, kaki tiruan, kursi
roda.
- Anak
dengan Gangguan Spektrum Autis
Akhir-akhir
ini jumlah anak yang mengalami gangguan spektrum autis mengalami peningkatan. Anak
dengan gangguan spektrum autis adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan
yang dimanifestasikan dalam hambatan komunikasi verbal dan non verbal, masalah
pada interaksi sosial, gerakan yang berulang dan stereotip, sangat terganggu
dengan perubahan dari suatu rutinitas, memberikan respon yang yang tidak sesuai
terhadap rangsangan sensoris.
Penyebab terjadinya gangguan spektrum autis
dapat dibagi menjadi:
Ø
Faktor biologis,
seperti DNA, multi genetik.
Ø
Faktor otak, adanya
abnormalitas di otak kecil yang
mengendalikan koordinasi motorik, kognisi dan keseimbangan. Bersamaan dengan itu
juga ada ditemukan abnormalitas di lobus frontal (yang mengendalikan fungsi
sosial dan kognitif) dan lobus temporal (untuk memahami ekspresi muka,
tanda-tanda sosial dan memori).
Ø
Faktor lingkungan,
seperti penelantaran dari keluarga ternyata dapat memperburuk kondisi dari anak
dengan gangguan spektrum autis.
Ciri-ciri anak Autis :
1. Gangguan dalam bidang komunikasi verbal
maupun non verbal :
·
Terlambat bicara
atau tidak dapat berkomunikasi
·
Mengeluarkan
kata-kata yang tidak dapat dimengerti orang lain (bahasa Planet)
·
Tidak mengerti dan
tidak mengeluarkan kata-kata dalam konteks yang sesuai (Gangguan bahasa
ekspresif dan reseptif)
·
Bicara tidak
digunakan untuk komunikasi
·
Meniru atau membeo
(ekolalia). Beberapa anak sangat pandai menirukan nyanyian, nada maupun kata-katanya,
tanpa mengerti artinya
·
Kadang bicaranya
monoton (seperti robot)
·
Mimik datar.
2.. Gangguan
dalam bidang interaksi sosial
·
Menolak atau
menghindar untuk bertatap mata
·
Tidak menoleh bila
dipanggil. Karena hal ini, sering diduga bahwa anak mengalami ketulian
·
Merasa tidak senang
dan menolak bila dipeluk
·
Tidak ada usaha
untuk melakukan interaksi dengan orang lain
·
Bila ingin sesuatu,
ia menarik tangan orang yang terdekat dan mengharapkan tangan tersebut
melakukan sesuatu untuknya
·
bila didekati untuk
bermain justru menjauh
·
tidak berbagi
kesenangan untuk orang lain.
3.. Gangguan
dalam bidang perilaku dan bermain :
·
umumnya ia seperti
tidak mengerti cara bermain.
·
bermain sangat
monoton, stereotipik
·
ada keterpakuan pada
mainan atau benda-benda tertentu (seperti rod/sesuatu yang berputar)
Cara membantu anak dengan gangguan spektrum
autis
Anak dengan gangguan spektrum autis dapat
dibantu dengan cara :
a)
Menciptakan
lingkungan yang mendorong semangat belajar.
Sediakan berbagai macam kesempatan sehingga mereka lebih senang belajar,
misalnya dengan menyediakan benda-benda seperti puzzle sampai melukis di
komputer. Hal ini penting untuk merangsang keingintahuan mereka.
b)
Menyediakan
kehidupan dan lingkungan yang kondusif. Hal ini merupakan
dasar yang kuat untuk membantu mempelajari kehidupan di sekolah maupun di
rumah. Termasuk kesempatan anak mendapat
tidur yang cukup dan makan teratur dengan gizi cukup. Batasi televisi dan video
game agar waktu mereka tidak tersita oleh hal-hal yang tidak bermanfaat.
c)
Memberi contoh
mengenai kegiatan yang akan dilakukan. Tunjukkan kepada anak-anak bagaimana
menggunakan alat-alat yang berhubungan
dengan pengorganisasian seperti tabel tugas, kalender, buku catatan, binder dan
tas punggung.
d)
Ajari mereka
kemampuan belajar efektif. Dorong mereka agar memiliki waktu rutin untuk
belajar dengan menyediakan tempat belajar yang bebas dari gangguan.
e)
Dorong anak selalu berpartisipasi dalam kelas yang akan meningkatkan keinginan mereka dalam
belajar.
f)
Tunjukkan ketertarikan
mendengarkan cerita mereka dengan bertanya apa yang telah mereka lakukan. Perbincangkan mengenai berbagai hal yang
berhubungan dengan kesukaan anak. Jika terjadi masalah, coba cari pemecahannya
bersama anak.
- Anak
Berkesulitan Belajar
Anak
berkesulitan belajar secara fisik seperti anak tanpa gangguan pada umumnya.
Namun jika ciri-ciri berikut muncul pada anak, maka orang tua atau guru dapat
segera dapat mengambil tindakan yang
dibutuhkan untuk membantu anak. Ciri-ciri anak dengan kesulitan belajar adalah
sebagai berikut:
Ø
Secara kognitif,
berkaitan dengan atensi, persepsi, gangguan memori, proses informasinya.
Ø
Secara akademik,
bermasalah pada kegiatan membaca, menulis, matematika dan berbahasa
verbal.
Ø
Secara sosial dan
emosional, umumnya memiliki harga diri yang rendah karena dianggap sebagai anak
yang tidak mampu. Dengan kesulitannya ini anak menjadi mengganggap dirinya
tidak mampu untuk melakukan sesuatu.
Ø
Secara perilaku,
mereka menjadi sulit untuk mengendalikan gerak tubuhnya, tidak mau duduk diam,
berbicara terus, melakukan agresi fisik dan verbal.
Proses identifikasi, apabila ditemukan anak dengan
ciri -ciri seperti yang telah diuraikan di atas, maka orangtua atau guru harus segera membawa ke ahlinya agar mendapat penanganan
yang lebih tepat. Semakin dini penanganannya maka semakin besar kemungkinan anak
untuk tumbuh dan bekembang seperti anak normal pada umumnya.
Ada
dua bentuk penanganan utama bagi mereka. Pertama, yakni klinis, bila kesulitan
belajar mereka disebabkan faktor internal yang lebih banyak bersifat
neurologis. Kedua, pengajaran remidial, jika kesulitan belajar mereka
disebabkan faktor eksternal dan pascapenanganan klinik.
Cara membantu anak yang kesulitan belajar
Secara umum anak dengan kesulitan belajar
dapat dibantu dengan cara :
a)
Selalu mengubah
strategi/cara mengajar dan menambah jumlah materi pembelajaran yang baru agar
anak tidak cepat bosan
b)
Mengutamakan
ketekunan anak dalam mengerjakan sesutau daripada kecepatan menyelesaikan
pekerjaan
c)
Selalu menggunakan
media untuk menjelaskan materi pembelajaran
d)
Menciptakan kegiatan
yang membuat anak bersemangat seperti kegiatan seni dan olah raga agar anak
dapat selalu bergerak
e)
Terus
mengulang-ulang materi pembelajaran yang diberikan
f)
Tempatkan siswa jauh
dari jendela, pintu atau hal lain yang menarik perhatiannya karena anak cepat
sekali berubah perhatiannya
g)
Kurangi gangguan
visual (benda2 bergerak, dll)
h)
Selalu melibatkan
anak secara aktif dalam proses pembelajaran