Social Icons

Jumat, 13 April 2012

Kematian dalam Pandangan Agama

Dalam bahasa Yunani ‘kematian’ disebut thanatos. Thanatos berarti bentuk kematian atau keadaan mati. Tetapi kata ini juga dipakai untuk mengungkapkan hal berbahaya yang mematikan, bagaimana kematian, ancaman kematian. Thanatos berarti membuat seseorang mati, membunuh, dan mengakibatkan sesuatu hal berbahaya yang mematikan. Kematian adalah jangka waktu ketika kita melewati dengan sendiri dunia yang tidak kelihatan.
Mati menurut pengertian secara umum adalah keluarnya Ruh dari jasad, kalau menurut ilmu kedokteran orang baru dikatakan mati jika jantungnya sudah berhenti berdenyut. Mati menurut Al-Qur’an adalah terpisahnya Ruh dari jasad dan hidup adalah bertemunya Ruh dengan Jasad. Kita mengalami saat terpisahnya Ruh dari jasad sebanyak dua kali dan mengalami pertemuan Ruh dengan jasad sebanyak dua kali pula. Terpisahnya Ruh dari jasad untuk pertama kali adalah ketika kita masih berada dialam Ruh, ini adalah saat mati yang pertama. Seluruh Ruh manusia ketika itu belum memiliki jasad. 
Komaruddin (2005) kematian adalah keniscayaan, tidak satu jiwa pun mampu menghindarinya. Sedikit sekali yang mau menerimanya, dan hampir semua orang merasa sangat berat meninggalkan hidup ini. Seperti yang tertera dalam Al’Quran “Setiap sorang diantara mereka menginginkan seandainya dia diberi umur seribu tahun…, “(QS Al-Baqarah [2]:96). Bahkan bukan hanya seribu tahun,yang diinginkan adalah kekekalan selama-lamanya. Keinginan hidup kekal itu, antara lain disebabkan karena umur manusia tidak sepanjang harapan dan cita-citanya. Ketidaksiapan manusia dalam memaknai kematian tersebut didasari atas rasa takut, boleh jadi juga rasa takut itu disebabkan karena pemikiran tentang sanak keluarga yang akan ditinggal. Kecemasan ini diusik dengan janji bagi yang taat agar tak perlu risau karena para malaikat akan mengurus mereka (QS Fushshilat [41]:30-31).
Sebagai mahluk ciptaan, ternyata hidup manusia itu terbatas. Manusia sama sekali tidak bisa mempertahankan apa yang diinginkan. Kedudukan manusia yang tinggi maupun besarnya kekuasaan yang digenggam, akan “melorot” bila saatnya tiba. Kekayaan yang melimpah, juga akan “terkuras” kalau rentang waktunya sudah habis. Nyawa sekalipun segera pupus manakala “masa pakainya habis”.
Kematian tidak perlu diminta. Akan datang sendiri, tidak perlu mendaftar atau mencalonkan diri. Data setiap mahluk sudah tercatat. Nama, tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, bangsa, agama, maupun latar belakang aktivitas selama hidup. Termasuk hal-hal paling kecil, maupun niat yang masih tersembunyi di dalam hati. Semua terdata utuuh dan lengkap. Lebih lengkap daripada data Badan Pusat Statistik.
Spilka et al (1977) berpendapat ada delapan persepsi manusia tentang kematian, yaitu:
1)      Kematian sebagai penderitaan dan kesendirian. Dalam hal ini kematian dipandang sebagai penderitaan karena terkait dengan hilangnya kemampuan dan kesadaran serta bentuk isolasi dari kehidupan.
2)      Kematian sebagai salah satu tahap perjalanan hidup menuju akhirat di mana manusia akan mendapatkan ganjaran sesuai perbuatannya. Kematian merupakan pintu menuju tempat pembalasan, justifikasi dan keabadian.
3)      Kematian sebagai peristiwa alamiah yang terjadi pada semua mahluk hidup. Kematian adalah sesuatu yang terjadi tanpa ada konsekuensi atau akibat dan peristiwa tidak penting yang terjadi pada setiap mahluk yang ada di dunia.
4)      Kematian sebagai sesuatu yang gaib. Akhir kehidupan adalah sesuatu yang misterius, tidak dapat dimengerti oleh pikiran manusia, dan sesuatu yang ambigu.
5)      Kematian sebagai satu kesalahan karena meninggalkan orang-orang yang harus ditanggunng.
6)      Kematian sebagai keberanian. Kematian merupakan suatu kesempatan untuk menunjukkan karakter dan kekuatan, realisasi final nilai tertinggi yang dianut seseorang.
7)      Kematian sebagai kegagalan. Kematian merupakan kegagalan dan kekalahan individu, puncak frustasi dan ketidakberdayaan.
8)      Kematian sebagai perjalanan akhir sebagai mahluk. Kematian hanyalah kesimpulan alamiah dari kehidupan, titik terminal tanpa ada apa-apa di belakangnya.
Penelitian tentang sikap terhadap kematian dan kecemasan akan kematian telah dilaksanakan oleh para ahli social di seluruh dunia. Ada lebih dari seribu kajian yang telah dipublikasikan dalam bidang ini, dan ada empat tema besar yang muncul dari temuan-temuan penelitian (www.personallegacy.net):
1)      Sebagaian besar orang memikirkan tentang kematian dan menceritakan ketakutan tertentu tentang kematian kepada orang lain, tetapi hanya sedikit yang memperlihatkan keasyikan dengan kematian atau kenyamanan akan kematian.
2)      Kaum perempuan secara konsisten mengungkapkan rasa takut yang lebih besar kepada kematian dibandingkan kaum pria, tetapi, perbedaan dalam tingkatan ketakutan secara tipikal dapat dikatakan masih ringan atau pada taraf sedang pada semua penelitian yang pernah dilakukan.
3)      Ketakutan akan kematian tidak akan meningkat seiring peningkatan usia pada sebagian besar orang. Artinya, hamper sebagian besar orang yang dalam proses peningkatan usia, menyadari bahwa kematian sebagai tahap yang tidak dapat dihindari oleh siapapun.
4)      Jika seseorang ditanya, apa yang terpikir jika kematian menimpanya, maka jawabannya lebih banyak menyangkut kekhawatiran akan penderitaan, ketidakberdayaan, ketergantungan dan kesejahteraan keluarga yang ditinggalkan dibandingkan dengan kondisi sekarat dan kematian yang akan menimpanya.
2.2. Kematian Dalam Berbagai Pandangan Agama
a. Dalam Pandangan Islam
Al-qur’an dan hadis-hadis Nabi menggunakan beberapa istilah untuk menyebutkan kematian, diantaranya maut, ajal dan wafat. Misalnya dalam suatu hadis disebutkan bahwa “Jika anak Adam meninggal dunia maka semua amalnya terputus kecuali dari tiga hal, yaitu sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang selalu mendo’akan kedua orang tuanya.” Kata meninggal dalam hadist ini adalah terjemahan dari kata “maut” yang berkonotasi terpisahnya ruh dari jasad. Oleh karena itu, mayit yang berarti orang yang meninggal dunia, sesungguhnya mengandung makna jasad tanpa ruh atau jasad yang telah ditinggalkan ruhnya menuju alam ruhani atau alam amar menurut istilah Imam Ghozali.
Sedangkan ajal berarti batas kehidupan yang dimiliki setiap orang yang bernyawa. Jika batas kehidupan seseorang telah sampai maka tidak ada satupun yang dapat menawar-nawar penundaan kematian atau meminta pencepatan kematian karena setiap orang sudah memiliki batas kehidupan masing-masing. Wafat secara bahasa berarti sempurna. Dengan demikian orang yang wafat adalah orang yang telah menyempurnakan tugas-tugas kehidupannya di akhirat menurut ketentuan Allah SWT.
Dalam pandangan islam, kematian merupakan suatu misteri dan rahasia Tuhan, tidak ada satupun manusia yang tahu kapan dia akan meninggalkan dunia yang fana ini, kecuali tanda-tanda tertentu yang bisa jadi tepat tetapi bisa juga salah.
b. Dalam Pandangan Budha
Sang Budha bersabda “Kehidupan tidak pasti, namun kematian itu pasti”. Kematian pasti akan datang dan merupakan suatu hal yang wajar, serta harus dihadapi oleh setiap makhluk. Definisi kematian menurut agama Budha tidak hanya sekedar ditentukan oleh unsur-unsur jasmaniah, entah itu paru-paru, jantung ataupun otak. Ketakberfungsian ketiga organ itu hanya merupakan gejala ‘akibat’ atau ‘pertanda’ yang tampak dari kematian, bukan kematian itu sendiri. Faktor terpenting yang menentukan kematian ialah unsur-unsur batiniah suatu makhluk hidup. Walaupun organ-organ tertentu masih berfungsi sebagaimana layaknya secara alamiah ataupun melalui bantuan peralatan medis. Seseorang dapat dikatakan mati apabila kesadaran ajal (cuticitta) telah muncul dalam dirinya. Begitu muncul sesaat, kesadaran ajal akan langsung padam. Pada unsur jasmaniah, kematian ditandai dengan terputusnya kemampuan hidup.
Kematian menurut definisi yang terdapat dalam kitab suci agama Budha adalah hancurnya Khanda. Khanda adalah lima kelompok yang terdiri dari pencerapan, perasaan, bentuk-bentuk pikiran, kesadaran dan tubuh jasmani manusia atau materi. Keempat kelompok pertama merupakan kelompok batin atau ‘nama’ yang membentuk suatu kesatuan kesadaran. Sedangkan kelompok kelima yaitu jasmani manusia atau materi merupakan ‘rupa’, yakni kelompok fisik atau materi. Gabungan batin dan jasmani inilah yang disebut individu, pribadi atau ego.
Peranan kematian adalah untuk menyadarkan setiap manusia akan akhir kehidupannya, bahwa betapa tinggi pun tempatnya, apapun bantuan teknologi atau ilmu kedokteran yang dimilikinya, pada akhirnya tetap harus mengalami hal yang sama yaitu di dalam kubur atau menjadi segenggam debu. Tetapi ini bukanlah akhir dari kehidupan dan kematian, karena proses kelahiran dan kematian akan terus berlangsung hingga kita mencapai kesempurnaan batin. Kematian itu selalu diikuti oleh peleburan dalam kematian itu, atau jika orang dapat melakukan tumimbal lahir ke dalam kehidupan (alam) yang ia ingini, maka tidak ada orang takut kepada kematian.
c. Dalam Pandangan Hindu
Agama Hindu percaya bahawa penjelmaan dan kematian adalah sebagai pandangan jiwa beralih daripada satu badan ke satu laluan untuk mencapai Nirwana, yaitu syurga. Kematian adalah satu peristiwa yang menyedihkan. Manakala sami-sami Hindu menekankan pengebumian adalah satu penghormatan dan tanda peringatan kepada si mati. Masyarakat Hindu membakar mayat mereka, percaya bahawa pembakaran satu mayat menandakan pembebasan semangat dan api adalah mewakili shiva, yaitu dewa pemusnah. Ahli-ahli keluarga akan berdoa di sekeliling badan secepat mungkin selepas kematian. 
 Selepas pembakaran mayat, keluarga akan dihidangkan dan bersembahyang dalam rumah mereka. Orang yang berkabung akan mandi dengan sepenuhnya sebelum memasuki rumah selepas pengebumian. Seorang sami akan melawat dan melakukan upacara sembayang untuk si mati pada hari ke 16 sebagai tujuan mententeramkan si mati. 'Shradh' adalah upacara sembahayang setahun selepas kematian orang. Ini diadakan setahun sekali bagi memperingati mereka. Sami juga berpesan kepada ahli keluarga bahwa pemberian makanan kepada masyarakat miskin adalah satu tanda ingatan kepada si mati.
Menurut agama Hindu, kematian itu merupakan saat yang sangat penting, bahkan saat menentukan arti kehidupan seseorang. Dianjurkan agar orang segera mengingat Tuhan Yang Maha Esa pada saat meninggal. Hanya dengan membiasakan kesadaran ingat Tuhan pada saat meninggal akan terjadi, dan ia akan mampu mengantarkan kita ke tempat yang indah dalam spiritual. Sesungguhnya kematian dan kehidupan secara fundamental bukanlah pengalaman-pengalaman yang tersendiri, yang terisolasi dari yang lain 
d. Dalam Pandangan Kristen
Kematian ialah perpisahan antara tubuh dan roh. Jiwa atau kesadaran tubuh yang tidak memiliki roh. Tubuh bersifat sementara atau fana, sedangkan jiwa atau roh kekal. Karena itu, kematian bukan merupakan akhir dari kisah kehidupan manusia. Ketika manusia mati, tubuh insanilah yang berakhir atau lenyap, sedangkan jiwa atau roh manusia tetap hidup. Tidak dapat dikatakan bahwa dengan kematian segalanya hilang tidak berbekas. Sebab pandangan itu memaksa kita juga beranggapan bahwa segala bagian kemanusiaan, entah bagian jasmaniah, entah bagian psikologi atau segala perbuatan dan hasil usaha manusia itu hanya akan menuju kehancuran belaka.
Katolik Roma, percaya bahwa setelah kematian, jiwa orang yang meninggal berada di tempat penantian, dan jiwa itu dibersihkan sebelum masuk ke dalam sorga. Protestan, mempercayai bahwa seseorang Kristen akan mati dan jiwanya langsung pergi bertemu Allah di sorga. Jiwa itu menantikan saat dibangkitkan dan kerajaan Kristus akan didirikan di dunia.
e. pandangan lainnya

di Mesir kuno, dilakukan pembalseman mayat, yang dikenal dengan mummi. Bangsa mesir kuno percaya bahwa mayat utuh merupakan kediaman bagi roh dalam kehidupan sesudah mati (Ensiklopedi Indonesia, 1983;2310). 

Minggu, 01 April 2012

Anak Berkebutuhan Khusus


BAB II
PEMBAHASAN

 I.                  Pengertian anak dengan kebutuhan khusus
            Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki  perbedaan dengan anak-anak secara umum atau rata-rata anak  seusianya. Anak dikatakan berkebutuhan khusus jika ada sesuatu  yang kurang atau bahkan lebih dalam dirinya.  Sementara menurut  Heward, anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada  ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.
            Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memerlukan penanganan  khusus sehubungan dengan gangguan perkembangan dan kelainan yang dialami anak. Mereka yang digolongkan pada anak yang berkebutuhan khusus dapat dikelompokkan berdasarkan ganngguan atau kelainan pada aspek :
Ø  Fisik/motorik a.l. cerebral palsi, polio
Ø  Kognitif : mentalretardasi, anak unggul ( berbakat )
Ø  Bahasa dan bicara 
Ø  Pendengaran
Ø  Penglihatan
Ø  Sosial emosi
            Anak tersebut membutuhkan metode, material, pelayanan dan peralatan yang khusus agar dapat mencapai perkembangan yang optimal. Karena anak-anak tersebut mungkin akan belajar dengan kecepatan yang berbeda dan juga dengan cara yang berbeda. Walaupun mereka memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda dengan anak-anak secara umum, mereka harus mendapat perlakuan dan kesempatan yang sama. Hal ini dapat dimulai dengan cara penyebutan terhadap anak dengan kebutuhan khusus tersebut.
            Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu,tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan perilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat.
            Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Anak berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing. SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda.

II.                                          Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus
            Setelah dilakukan beberapa deteksi tumbuh kembang di atas, orang tua  maupun pendidik dapat mengetahui jenis kebutuhan yang diperlukan anak. Ada beberapa kategori anak berkebutuhan khusus yang dapat diindentifkasi. Adapun jenis kategori tersebut antara lain :
  1. Anak dengan gangguan penglihatan (Tuna Netra).
            Tuna netra adalah gangguan daya penglihatan, berupa kebutaan  menyeluruh atau sbagian, dan walaupun mereka telah diberi  pertolongan alat bantu khusus mereka masih tetap mendapat  Pendidikan khusus.  Kehilangan kemampuan penglihatan adalah suatu kondisi dimana fungsi penglihatannya mengalami penurunan mulai dari derajat yang ringan hingga yang paling berat. Ada dua kategori besar yang tergolong dengan kehilangan kemampuan penglihatan yaitu:
  • Low vision  yaitu, orang yang mengalami kesulitan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya yang berkaitan dengan penglihatan namun dapat menyelesaikan tugas tersebut dengan menggunakan strategi pendukung penglihatan, melihat dari dekat, penggunaan  alat-alat bantu dan juga modifikasi lingkungan sekitar. 
  • Kebutaan  yaitu, orang yang kehilangan kemampuan penglihatan  atau hanya memiliki kemampuan untuk mengetahui adanya cahaya atau tidak. Penyebab terjadinya kehilangan kemampuan penglihatan adalah karena adanya permasalahan pada struktur atau fungsi dari mata.
Ciri-ciri Tuna Netra :
Anak-anak dengan gangguan penglihatan dapat dietahui dengan ciri-ciri berikut :
v  Tidak mampu melihat
v  Tidak mampu mengenali pada jarak 6 meter
v  Kerusakan nyata pada kedua bola mata
v  Sering meraba-raba/tersandung waktu berjalan
v  Mengalami kesulitan saat mengambil benda kecil di sekitarnya
v  Bagian bola mata yang hitam berwarna keruh/bersisik/kering
v  Peradangan hebat pada kedua bola mata
v  Posisi mata sulit dikendalikan oleh syaraf otak, antara lain mata bergoyang- goyang terus
Cara membantu anak dengan gangguan penglihatan
Berikut beberapa cara untuk membantu anak dengan gangguan penglihatan, antara lain :
a)      Karena anak-anak yang buta tidak dapat menangkap informasi melalui penglihatan mereka, guru harus menggunakan indra pendengar, peraba, pengecap, dan pembau saat menyampaikan pelajaran. Guru harus semaksimal mungkin menggunakan kesempatan mengajar melalui indera- indera tersebut.  Guru harus dapat melibat semua indera untuk membantu indera penglihatan.
b)      Guru sebaiknya mengingat bahwa humor dan intonasi suara merupakan hal yang penting ketika mengajar anak yang memiliki kelemahan pada penglihatan ini.
c)      Penjelasan  verbal yang diberikan guru harus jelas dan tidak berbelit-belit. Guru harus spesifik dalam memberikan perintah atau meminta tanggapan. Hindarilah penjelasan atau pertanyaan yang tidak jelas.
d)     Karena beberapa anak yang memiliki kelemahan dalam penglihatan menggunakan braille, harus disediakan  semua bahan pembelajaran  dalam bentuk braille.
e)      Guru harus menggunakan musik  yang  dapat memberikan rasa aman, merangsang pikiran, dan membantu murid yang buta untuk membangun konsep pebelajaran. Musik juga dapat memberikan kesempatan pertumbuhan mental, spiritual, dan sosial.
f)       Krayon, kertas, pensil, tanah liat, dan cat air semuanya dapat membantu anak yang memiliki kelemahan pada penglihatan untuk mengekspresikan emosi mereka.  Bantulah mereka untuk mengekspresikannya melalui seni dan keterampilan. Meskipun untuk melakukannya mereka membutuhkan bimbingan yang lebih daripada anak-anak lain.
g)      Bermain peran  membantu anak mengingat  peristiwa, ide-ide, dan situasi. Kegiatan ini juga dapat membantu mereka mengingat kejadian-kejadian di rumah mereka dan situasi lainnya. Berbagai pengalaman dapat diperagakan, bahkan pengalaman-pengalaman dari situasi nyata yang dialami oleh anak.


  1. Anak Dengan Gangguan Pendengaran ( Tuna Rungu )
            Keadaan kehilangan pendengaran meliputi seluruh gradasi /tingkatan baik ringan, sedang, berat dan sangat berat yang akan mengakibatkan pada gangguan komunikasi dan bahasa. Ketunarunguan ini dapat digolongkan dalam kurang dengar atau tuli.  Gangguan pendengaran merupakan gangguan yang menghambat  proses informasi bahasa melalui pendengaran, dengan maupun tanpa alat  pengeras, bersifat permanen maupun sementara, yang mengganggu proses
pembelajaran anak. 
Penyebab gangguan pendengaran terbagi dalam dua kategori, yaitu :
  • Faktor genetik. Pengaruh genetik dapat menyebabkan cacat tulang telinga bagian tengah, sehingga mengakibatkan berkurangnya pendengaran.
  • Faktor lingkungan/pengalaman. Lingkungan yang mempengaruhi pendengaran biasanya berupa serangan penyakit, misalnya campak, radang telinga, pemakaian obat-obatan, trauma suara terlalu keras.
            Berdasarkan  tingkat keberfungsian telinga dalam mendengar bunyi, ketunarunguan dapat diklasifikasikan ke dalam empat kategori, yaitu:
  • Ketunarunguan ringan, yaitu kondisi di mana orang masih dapat mendengar bunyi  dengan intensitas 20-40 dB (decibel, disingkat dB, ukuran untuk intensitas/tekanan pada bunyi)). Mereka sering tidak menyadari bahwa sedang diajak bicara, mengalami sedikit kesulitan dalam percakapan.
  • Ketunarunguan sedang, yaitu kondisi di mana orang masih dapat mendengar bunyi dengan intensitas 40-65 dB. Mereka mengalami kesulitan dalam percakapan tanpa memperhatikan wajah pembicara, sulit mendengar dari kejauhan atau dalam suasana gaduh, tetapi dapat terbantu dengan alat bantu dengar (hearing aid).
  • Ketunarunguan berat, yaitu kondisi di mana orang hanya dapat mendengar bunyi dengan intensitas 65-95 dB. Mereka sedikit memahami percakapan pembicara bila memperhatikan wajah pembicara dengan suara keras, tetapi percakapan normal praktis tidak mungkin dilakukannya, tetapi dapat terbantu dengan alat bantu dengar.
  • Ketunarunguan parah , yaitu kondisi di mana orang hanya dapat mendengar bunyi dengan intensitas 95 dB atau lebih keras. Percakapan normal tidak mungkin baginya, ada yang dapat terbantu dengan alat bantu dengar tertentu, sangat bergantung pada komunikasi visual.
Ciri-ciri Tuna Rungu :
v  Tidak mampu dengar
v  Terlambat perkembangan bahasa
v  Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi
v  Kurang / tidak tanggap bila diajak bicara
v  Ucapan kata tidak jelas
v  Kualitas suara aneh/monoton.
v  Sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar
v  Banyak perhatian terhadap getaran
v  Keluar nanah dari kedua telinga
v  Terdapat kelainan organis telinga

Cara membantu anak dengan gangguan pendengaran
Pada gangguan pendengaran, anak dapat dibantu dengan :
·         Menjelaskan setiap kegiatan yang dilakukan, mengapa dilakukan dan harus diselesaikan dengan visual suport.
·         Selalu menggunakan gambar dan tulisan untuk menjelaskan suatu objek, konsep, dan bahasa.
·         Menjelaskan hal-hal yang dilihat selama dalam perjalanan atau yang menarik perhatian anak.
·         Berbicara dengan jelas, tepat, dan dalam tekanan yang normal pada anak.
·         Tunjukkan ekspresi yang jelas untuk mewakili apa yang dibicarakan agar anak dapat membaca mimik dan bibir sehingga dapat mengerti maksud pembicaraan.

  1. Anak retardasi mental ( Tuna Garhita )
            Adalah individu yang secara signifikan memiliki intelegensi di bawah intelegensi normal dengan skor IQ sama atau lebih rendah dari 70. Tuna grahita dapat diklasifikasikan kedalam tiga kelompok :
1.  Kelompok mampu didik, IQ 68-78 
2.  Kelompok mampu latih, IQ 52-55 
3.  Kelompok mampu rawat, IQ 30-40 
            Tunagrahita adalah kondisi kelainan/keterbelakangan mental, (retardasi mental) atau tingkah laku akibat kecerdasan yang terganggu, yang disebabkan oleh fungsi-fungsi kognitif yang sangat lemah. Adakalanya cacat mental dibarengi dengan cacat fisik sehingga disebut cacat ganda . Misalnya, cacat intelegensi yang mereka alami disertai dengan keterbelakangan penglihatan (cacat pada mata), ada juga yang disertai dengan gangguan pendengaran. Adanya cacat lain selain cacat intelegensi inilah yang menciptakan istilah lain untuk anak tunagrahita yakni cacat ganda. 
            American Association  on Mental Retardation  mendefinisikan anak dengan keterbelakang mental adalah anak-anak yang memiliki fungsi intelektual di bawah rata-rata, terlihat memiliki kesulitan  dalam perilaku adaptif yang dimunculkan melalui kesulitan membuat konsep, keterampilan  sosial dan praktik perilaku adaptif dan terjadi pada rentang usia perkembangannya yaitu di bawah 18 tahun. 
Penyebab terjadinya keterbelakangan mental ini terbagi atas: 
Ø  Saat prenatal, biasanya dikarenakan adanya abnormalitas dari kromosom. Contohnya adalah  Down Syndrome, Fragile X Syndrome, Prader-Willi syndrome, Fetal alcohol syndrome, Phenylketonuria,  infeksi yang disebabkan oleh virus Toxoplasmosis.
Ø  Saat Perinatal, biasanya terjadi selama atau seketika setelah anak lahir. Anak yang lahir prematur dengan berat badan  lahir rendah, sangat kecil, kekurangan oksigen pada waktu lahir, penggunaan alat bantu seperti  forcep yang kurang tepat.
Ø  Post natal, bisa saja ketika selama kehamilan dan saat kelahiran anak tidak mengalami gangguan apapun  namun setelah itu anak terkena radang otak seperti   encephalitis, keracunan timbal dan gangguan lain yang menyebabkan  kerusakan otak maka kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya keterbelakangan mental pada anak.
Ciri-ciri Tuna Grahita adalah :
v  Penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil/besar
v  Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usia
v  Perkembangan bicara/bahasa terlambat
v  Tidak ada/kurang sekalai perhatiannya terhadap lingkungan (pandangan kosong),
v  Koordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali)
v  Sering keluar ludah (cairan) dari mulut (ngiler)

Cara membantu anak retardasi mental
Upaya yang dapat dilakukan pada anak retardasi mental antara lain :
a)      Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
·         Pendidikan kesehatan pada masyarakat 
·         Perbaikan keadaan sosio-ekonomi
·         Perawatan pre-natal
·         Pertolongan persalinan yang baik
·         Mengurangi kehamilan pada wanita di bawah 20 tahun dan di atas 40 tahun
b)      Latihan 
·      Mengajarkan keterampilan hidup (seperti makan, berpakaian, menjaga kebersihan badan)
·      Melibatkan anak dalam pergaulan sosial dengan teman sebaya atau orang yang lebih tua
·      Memberi kegiatan sesuai minat dan kebutuhan anak
·      Memperkenalkan hal-hal yang baik dan tidak baik sejak usia dini

  1. Anak dengan kelainan fisik ( Tuna Daksa)
           Merupakan gangguan fisik yang berkaitan dengan tulang, otot, sendi dan system persarafan, sehingga memerlukan pelayanan khusus. Salah satu contoh adalah Cerebral Palsy. Cerebral Palsy (CP, Kelumpuhan Otak Besar) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan buruknya pengendalian otot, kekakuan, kelumpuhan dan gangguan fungsi  saraf lainnya. CP bukan merupakan penyakit dan tidak bersifat progresif (semakin memburuk).
           CP bisa disebabkan oleh cedera otak yang terjadi pada saat bayi masih berada dalam kandungan, proses persalinan berlangsung, bayi baru lahir, anak berumur kurang dari 5 tahun. Akan tetapi kebanyakan penyebabnya tidak diketahui.Sebagian lagi kasus terjadi akibat cedera lahir dan berkurangnya aliran darah ke otak sebelum, selama dan segera setelah bayi lahir. Bayi prematur sangat rentan terhadap CP, kemungkinan karena  pembuluh darah ke otak belum ‘berkembang secara sempurna dan mudah mengalami perdarahan atau karena tidak dapat mengalirkan oksigen dalam jumlah yang memadai ke otak.
           Gangguan ini biasanya berpengaruh pada gerakan kasar dan gerakan halus dari seseorang. Gangguan ini bisa bersifat ringan hingga yang berat.  Contoh Tuna Daksa lainnya adalah : 
Ø  Kelainan bawaan yang menyebabkan terjadinya telapak kaki rata, jumlah anggota tubuh yang tidak lengkap atau berlebih. 
Ø  Penyakit seperti poliomyelitis, TBC tulang dll  
Ø  Penyebab lain seperti gangguan neurologis dan lingkungan, yang menyebabkan cerebral palsy, spina bifida, amputasi, retak atau terbakar).  Cerebral palsy  merupakan gangguan pada fisik yang cukup banyak dikenal orang.

Ciri-ciri Tuna Daksa adalah:
v  Anggota gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh,
v  Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur/tidak terkendali),
v  Terdapat bagian anggota gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna/lebih kecil dari biasa,
v  Terdapat cacat pada alat gerak,
v  Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam
v  Kesulitan pada saat berdiri/berjalan/duduk, dan menunjukkan sikap tubuh tidak normal

Cara membantu anak dengan kelainan fisik
Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membantu anak dengan kelainan fisik, antara lain :
a)      Bina Mandiri :
·         Kenali kondisi anak.  Kondisi anak dapat dikenali dengan melakukan diagnosa dan perawatan yang tepat.  Dengan mengenali kondisi anak, guru dapat menentukan perlakuan yang tepat sesuai kekurangan pada fisik anak.
·         Bersikap positif. Selalu memberi dukungan dan pengertian pada anak tetapi tidak memberi harapan palsu.
·         Selalu memberi cinta. Cinta dan kasih sayang orang di sekeliling menjadi kekuatan terbesar bagi anak untuk mengatasi kekurangannya. Tunjukkan rasa cinta tanpa pamrih melalui pelukan, ciuman, genggaman tangan, meluangkan waktu untuk meberi bantuan.
·         Menghadirkan keadaan normal. Selalu menciptakan kegiatan yang normal. Kegiatan yang disusun  tidak terlalu memanjakan atau melindungi anak, karena akan menghambat perkembangan anak.
·         Selalu menghargai anak melalui kata-kata maupun tindakan. Memberitahu kelebihan anak yang dapat digunakan untuk menghadapi permasalahan anak.
·         Memberikan fasilitas berupa berbagai alat bantu untuk menambah dan mempermudah anak beraktivitas.
·         Membantu anak berinteraksi. Bagaimana menghadapi dan menerima kehadiran anak lain. Melibatkan anak secara aktif pada berbagai kegiatan.
b)      Rehabilitasi medik :
·         Fisioterapi : relaksasi, terapi manipulasi, latihan keseimbangan, latihan koordinasi, latihan mobilisasi, latihan ambulasi dan latihan Bobath dengan teknik inhibisi, fasilitasi dan stimulasi latihan dapat diberikan ditempat tidur, di gymnasium, di kolam renang.
·         Terapi Okupasi : 
o  Latihan diberikan dalam bentuk aktifitas  permainan, dengan menggunakan plastisin, manik-manik, puzzle; dengan berbagai bentuk gerakan, ketepatan arah, permainan yang memerlukan keberanian.
o  Aktifitas kehidupan sehari-hari : berpakaian, makan minum, penggunaan alat perkakas rumah tangga dan aktifitas belajar.
o  Seni dan ketrampilan : menggunting, menusuk, melipat, menempel dan mengamplas.
·         Terapi Wicara : pada anak dengan gangguan komunikasi/bicara dengan latihan dalam bahasa pasif : anggota tubuh, benda-benda di dalam/diluar rumah dan disekolah dan dalam bahasa konsonan, suku kata, kata, kalimat. dengan pengucapan huruf hidup/voval,
·         Terapi Musik : tujuannya menumbuhkembangkan potensi-potensi pada anak yang berkelainan baik fisik, mental intelektual maupun sosial emosional sehingga mereka akan berkembang menjadi percaya diri sendiri. Pelayanan tersebut dengan cara melatih : ritme, nada dan irama, interfal, tarian, drama, cerita, senam, pengenalan alat musik, pengenalan lagu, latihan baca sajak/puisi.
·         Psikolog : pemeriksaan kecerdasan, psikoterapi, edukasi pada orang tua dan keluarga agar dapat menghadapi anak dengan kelainan tersebut.
·         Sosial Medik :  memberikan pelayanan mencari data keluarga, sosial, ekonomi, pendidikan, lingkungan tempat tinggal, dsb.  Yang dapat bermanfaat bagi para dokter dan terapis dalam menyusun program rehabilitasi. Selain itu pelayanan yang berhubungan dengan Yayasan-yayasan sosial lainnya, Kantor Departemen sosial, Rumah sakit, Sekolah, sehingga dapat terjalin hubungan erat dengan berbagai instansi yang sangat penting untuk keberhasilan program rehabilitasi .
·           Ortotik Prostetik : memberikan pelayanan pembuatan alat-alat bantu; misal brace, tongkat ketiak, kaki tiruan, kursi roda.

  1. Anak dengan Gangguan Spektrum Autis
           Akhir-akhir ini jumlah anak yang mengalami gangguan spektrum autis mengalami peningkatan. Anak dengan gangguan spektrum autis adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan yang dimanifestasikan dalam hambatan komunikasi verbal dan non verbal, masalah pada interaksi sosial, gerakan yang berulang dan stereotip, sangat terganggu dengan perubahan dari suatu rutinitas, memberikan respon yang yang tidak sesuai terhadap rangsangan sensoris. 
Penyebab terjadinya gangguan spektrum autis dapat dibagi menjadi:
Ø  Faktor biologis, seperti DNA, multi genetik. 
Ø  Faktor otak, adanya abnormalitas di otak kecil  yang mengendalikan koordinasi motorik, kognisi dan keseimbangan. Bersamaan dengan itu juga ada ditemukan abnormalitas di lobus frontal (yang mengendalikan fungsi sosial dan kognitif) dan lobus temporal (untuk memahami ekspresi muka, tanda-tanda sosial dan memori). 
Ø  Faktor lingkungan, seperti penelantaran dari keluarga ternyata dapat memperburuk kondisi dari anak dengan gangguan spektrum autis.

Ciri-ciri anak Autis :
1.  Gangguan dalam bidang komunikasi verbal maupun non verbal :
·         Terlambat bicara atau tidak dapat berkomunikasi
·         Mengeluarkan kata-kata yang tidak dapat dimengerti orang lain (bahasa Planet)
·         Tidak mengerti dan tidak mengeluarkan kata-kata dalam konteks yang sesuai (Gangguan bahasa ekspresif dan reseptif)
·         Bicara tidak digunakan untuk komunikasi
·         Meniru atau membeo (ekolalia). Beberapa anak sangat pandai menirukan nyanyian, nada maupun kata-katanya, tanpa mengerti artinya
·         Kadang bicaranya monoton (seperti robot)
·         Mimik datar.
2.. Gangguan dalam bidang interaksi sosial
·         Menolak atau menghindar untuk bertatap mata
·         Tidak menoleh bila dipanggil. Karena hal ini, sering diduga bahwa anak mengalami ketulian
·         Merasa tidak senang dan menolak bila dipeluk
·         Tidak ada usaha untuk melakukan interaksi dengan orang lain
·         Bila ingin sesuatu, ia menarik tangan orang yang terdekat dan mengharapkan tangan tersebut melakukan sesuatu untuknya
·         bila didekati untuk bermain justru menjauh
·         tidak berbagi kesenangan untuk orang lain.

3.. Gangguan dalam bidang perilaku dan bermain :
·         umumnya ia seperti tidak mengerti cara bermain.
·         bermain sangat monoton, stereotipik
·         ada keterpakuan pada mainan atau benda-benda tertentu (seperti rod/sesuatu yang berputar)

Cara membantu anak dengan gangguan spektrum autis
Anak dengan gangguan spektrum autis dapat dibantu dengan cara :
a)      Menciptakan lingkungan yang mendorong semangat belajar.  Sediakan berbagai macam kesempatan sehingga mereka lebih senang belajar, misalnya dengan menyediakan benda-benda seperti puzzle sampai melukis di komputer. Hal ini penting untuk merangsang keingintahuan mereka.
b)      Menyediakan kehidupan  dan  lingkungan yang kondusif. Hal ini merupakan dasar yang kuat untuk membantu mempelajari kehidupan di sekolah maupun di rumah.  Termasuk kesempatan anak mendapat tidur yang cukup dan makan teratur dengan gizi cukup. Batasi televisi dan video game agar waktu mereka tidak tersita oleh hal-hal yang tidak bermanfaat. 
c)      Memberi contoh mengenai kegiatan yang akan dilakukan. Tunjukkan kepada anak-anak bagaimana menggunakan alat-alat yang  berhubungan dengan pengorganisasian seperti tabel tugas, kalender, buku catatan, binder dan tas punggung. 
d)     Ajari mereka kemampuan belajar efektif. Dorong mereka agar memiliki waktu rutin untuk belajar dengan menyediakan tempat belajar yang bebas dari gangguan. 
e)      Dorong anak  selalu berpartisipasi dalam kelas yang  akan meningkatkan keinginan mereka dalam belajar. 
f)       Tunjukkan ketertarikan mendengarkan cerita mereka dengan bertanya apa yang telah mereka lakukan.  Perbincangkan mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan kesukaan anak. Jika terjadi masalah, coba cari pemecahannya bersama anak.

  1. Anak Berkesulitan Belajar
           Anak berkesulitan belajar secara fisik seperti anak tanpa gangguan pada umumnya. Namun jika ciri-ciri berikut muncul pada anak, maka orang tua atau guru dapat segera dapat mengambil  tindakan yang dibutuhkan untuk membantu anak. Ciri-ciri anak dengan kesulitan belajar adalah sebagai berikut:
Ø  Secara kognitif, berkaitan dengan atensi, persepsi, gangguan memori, proses informasinya. 
Ø  Secara akademik, bermasalah pada kegiatan membaca, menulis, matematika dan berbahasa verbal. 
Ø  Secara sosial dan emosional, umumnya memiliki harga diri yang rendah karena dianggap sebagai anak yang tidak mampu. Dengan kesulitannya ini anak menjadi mengganggap dirinya tidak mampu untuk melakukan sesuatu.
Ø  Secara perilaku, mereka menjadi sulit untuk mengendalikan gerak tubuhnya, tidak mau duduk diam, berbicara terus, melakukan agresi fisik dan verbal. 
           Proses  identifikasi, apabila ditemukan anak dengan ciri -ciri seperti yang telah diuraikan di atas, maka orangtua atau guru harus segera  membawa ke ahlinya agar mendapat penanganan yang lebih tepat. Semakin dini penanganannya maka semakin besar kemungkinan anak untuk tumbuh dan bekembang seperti anak normal pada umumnya.
           Ada dua bentuk penanganan utama bagi mereka. Pertama, yakni klinis, bila  kesulitan  belajar mereka disebabkan faktor internal yang lebih banyak bersifat neurologis. Kedua, pengajaran remidial, jika kesulitan belajar mereka disebabkan faktor eksternal dan pascapenanganan klinik.

Cara membantu anak yang kesulitan belajar
Secara umum anak dengan kesulitan belajar dapat dibantu dengan cara :
a)      Selalu mengubah strategi/cara mengajar dan menambah jumlah materi pembelajaran yang baru agar anak tidak cepat bosan
b)      Mengutamakan ketekunan anak dalam mengerjakan sesutau daripada kecepatan menyelesaikan pekerjaan
c)      Selalu menggunakan media untuk menjelaskan materi pembelajaran
d)     Menciptakan kegiatan yang membuat anak bersemangat seperti kegiatan seni dan olah raga agar anak dapat selalu bergerak
e)      Terus mengulang-ulang materi pembelajaran yang diberikan
f)       Tempatkan siswa jauh dari jendela, pintu atau hal lain yang menarik perhatiannya karena anak cepat sekali berubah perhatiannya
g)      Kurangi gangguan visual (benda2 bergerak, dll)
h)      Selalu melibatkan anak secara aktif dalam proses pembelajaran
  
 
Blogger Templates