Pengertian
konseling/terapi kelompok (dalam Yalom, 1975 dan Johana, 1994)
1.
Salah satu intervensi
dalam konseling
2.
Lebih intensif
3.
Lebih menekankan
pengalaman emosi terkoreksi
4.
Anggota biasanya
mempunyai masalah emosi yang berat
Dr. Thantawy R,
M.A. : 2005
Konseling Kelompok merupakan hubungan interpersonal
yang dinamis antara konselor dan konseli dan antar konseli, interaksi dalam
kelompok memungkinkan anggota kelompok untuk belajar menghadapi kenyataan hidup
dan meningkatkan pengertian saling percaya, penerimaan nilai-nilai kehidupan,
cita-cita, tujuan serta sikap atau tingkah laku yang digunakan oleh lingkungan
sosial tertentu.
Menurut Asew, 1990
Konseling
kelompok adalah sebagai suatu praktek profesional yang luas, yang mengarahkan
kepada pemberian bantuan atau penyelesaian tugas-tugas dalam suatu adegan
(setting) kelompok.
Tujuan umum layanan Konseling kelompok dan Bimbingan kelompok adalah berkembangnya kemampuan sosialisasi siswa, khususnya kemampuan komunikasi peserta layanan. Dalam kaitan ini, sering menjadi kenyataan bahwa kemampuan bersosialisasi atau berkomunikasi seseorang sering terganggu oleh perasaan, pikiran persepsi, wawasan dan sikap yang tidak objektif, sempit dan terkungkung serta tidak efektif. Melalui layanan Konseling kelompok dan Bimbingan kelompok hal-hal yang mengganggu atau menghimpit perasaan dapat diungkapkan, dilonggarkan, diringankan melalui berbagai cara; pikiran yang suntuk, buntu, atau beku dicairkan dan didinamikkan melalui berbagai masukkan dan tanggapan baru; persepsi dan wawasan yang menyimpang dan/atau sempit diluruskan dan diperluas melalui pencairan pikiran, penyadaran dan penjelasan; sikap yang tidak objektif, terkungkung dan tidak terkendali, serta tidak efektif digugat dan didobrak; kalau perlu diganti dengan yang baru yang lebih efektif. Melalui kondisi dan proses berperasaan, berpikir, berpersepsi dan berwawasan yang terarah, luwes, dan luas serta dinamis kemampuan berkomunikasi, bersosialisasi dan bersikap dapat dikembangkan. Khususnya untuk layanan Konseling kelompok, selain bertujuan sebagaimana Bimbingan kelompok, juga bermaksud mengentaskan masalah klien dengan memanfaatkan dinamika kelompok.
Tujuan umum layanan Konseling kelompok dan Bimbingan kelompok adalah berkembangnya kemampuan sosialisasi siswa, khususnya kemampuan komunikasi peserta layanan. Dalam kaitan ini, sering menjadi kenyataan bahwa kemampuan bersosialisasi atau berkomunikasi seseorang sering terganggu oleh perasaan, pikiran persepsi, wawasan dan sikap yang tidak objektif, sempit dan terkungkung serta tidak efektif. Melalui layanan Konseling kelompok dan Bimbingan kelompok hal-hal yang mengganggu atau menghimpit perasaan dapat diungkapkan, dilonggarkan, diringankan melalui berbagai cara; pikiran yang suntuk, buntu, atau beku dicairkan dan didinamikkan melalui berbagai masukkan dan tanggapan baru; persepsi dan wawasan yang menyimpang dan/atau sempit diluruskan dan diperluas melalui pencairan pikiran, penyadaran dan penjelasan; sikap yang tidak objektif, terkungkung dan tidak terkendali, serta tidak efektif digugat dan didobrak; kalau perlu diganti dengan yang baru yang lebih efektif. Melalui kondisi dan proses berperasaan, berpikir, berpersepsi dan berwawasan yang terarah, luwes, dan luas serta dinamis kemampuan berkomunikasi, bersosialisasi dan bersikap dapat dikembangkan. Khususnya untuk layanan Konseling kelompok, selain bertujuan sebagaimana Bimbingan kelompok, juga bermaksud mengentaskan masalah klien dengan memanfaatkan dinamika kelompok.
Tujuan umum layanan adalah terentasnya masalah yang dialami klien. Dengan layanan KI beban klien diringankan, kemampuan klien ditingkatkan, potensi klien dikembangkan. Tujuan umum layanan KI adalah pengentasan masalah klien dengan demikian, fungsi pengentasan sangat dominan dalam layanan ini.
Tujuan khusus
Konseling kelompok dan Bimbingan kelompok pada dasarnya terletak pada:
a. Konseling kelompok terfokus pada pembahasan masalah pribadi individu peserta kegiatan layanan. Melalui layanan kelompok yang intensif dalam upaya pemecahan masalah tersebut peserta memperoleh dua tujuan sekaligus:
a. Konseling kelompok terfokus pada pembahasan masalah pribadi individu peserta kegiatan layanan. Melalui layanan kelompok yang intensif dalam upaya pemecahan masalah tersebut peserta memperoleh dua tujuan sekaligus:
1)
Terkembangnya perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap tearah kepada
tingkah laku khususnya dalam bersosialisasi atau berkomunikasi, dan
2)
Terpecahkannya masalah individu yang bersangkutan dan diperolehnya imbasan
pemecahan masalah tersebut bagi individu-individu lain peserta layanan
Konseling kelompok.
b. Bimbingan kelompok bermaksud membahas topik-topik tertentu yang mengandung permasalahan aktual ( hangat ) dan menjadi perhatian peserta. Melalui dinamika kelompok yang intensif, pembahasan topik-topik itu mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang diwujudkannya tingkah laku yang lebih efektif. Dalam hal ini kemampuan berkomunikasi, verbal maupun non verbal ditingkatkan.
b. Bimbingan kelompok bermaksud membahas topik-topik tertentu yang mengandung permasalahan aktual ( hangat ) dan menjadi perhatian peserta. Melalui dinamika kelompok yang intensif, pembahasan topik-topik itu mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang diwujudkannya tingkah laku yang lebih efektif. Dalam hal ini kemampuan berkomunikasi, verbal maupun non verbal ditingkatkan.
Tipe pendekatan kelompok
1.
Konseling/terapi dalam kelompok
Bentuk ini
adalah pendekatan individual yang dilakukan di dalam kelompok. Selama proses
konseling/terapi, anggota lain hanya menjadi pengamat.
2. Konseling/terapi
dengan kelompok
Biasanya ditemui
dalam kelompok temu ataupun kelompok-T. Aktivitas di dalam kelompok ditentukan
oleh anggota. Konselor hanya bertindak sebagai expert participant.
3. Konseling/terapi
mengenai kelompok
Bentuk ini lebih
menekankan pada interaksi antar anggota. Fokus pada di-sini-dan-saat ini.Bentuk
kelompok ini lebih menekankan pada saling membantu, memberikan dukungan dan
menunjukkan model perilaku yang sehat. Konselor selaku pemimpin bertindak
sebagai pengamat luar/ outside observer, dan sebagai peserta pakar.
Beberapa contoh
tujuan konseling/terapi kelompok
• Menjadi lebih
terbuka dan jujur terhadap diri sendiri dan orang lain
• Belajar
mempercayai diri sendiri dan orang lain
• Berkembang
untuk lebih menerima diri sendiri
• Belajar
berkomunikasi dengan orang lain
• Belajar untuk
lebih akrab dengan orang lain
• Belajar untuk
bergaul dengan sesama atau lawan jenis
• Belajar untuk
memberi dan menerima
• Menjadi peka
terhadap perasaan dan kebutuhan orang lain
• Meningkatkan
kesadaran diri, sehingga akan merasa lebih bebas dan tegas dalam memilih
Kondisi klien yang tidak direkomendasikan
Kondisi klien yang tidak direkomendasikan
• Klien dalam
keadaan kritis
• Klien sangat
takut berbicara dalam kelompok
• Klien
menunjukkan perilaku yang menyimpang
• Klien dalam
keadaan psikotik akut
• Klien sangat
agresif
• Klien sangat
tidak menyadari akan perasaannya, motivasinya dan perilakunya
Menurut Yalom
(1975) ada 11 faktor kuratif dalam
konseling/terapi kelompok, yakni :
1. Pembinaan
Harapan
Harapan klien
untuk berubah akan membuatnya bertahan dalam konseling. Apalagi bila ada
temannya yang berhasil sebagai saksi dalam konseling.
2. Universalitas
Klien sering
beranggapan bahwa dia sendiri yang memiliki masalah dan masalahnya itu unik
yang orang lain tidak akan pernah memiliki. Namun ketika klien tahu berbagai
masalah yang juga unik yang dihadapi oleh anggota kelompok, maka dia akan
merasakan dirinya tidak sendiri, tidak terisolasi.
3. Penerangan
Penerangan
bersifat didaktis yang dapat dilakukan oleh profesional atau anggota. Misal,
cara belajar yang baik, cara menumbuhkan kepercayaan diri, topik kesehatan
mental.
4. Altruisme
Konseling/terapi
kelompok melatih anggota menerima dan memberi. Mungkin selama ini dia
menganggap dirinya sebagai beban keluarga, namun dalam konseling kelompok dia
bisa berperan penting bagi orang lain. Dia dapat menolong, memberikan dukungan,
keyakinan, saran-saran pada anggota lain, sehingga dapat meningkatkan harga
dirinya, merasa berharga.
5. Pengulangan
Korektif Keluarga Asal
Konselor,
asisten konselor dan anggota kelompok dapat dipandang sebagai representasi dari
keluarga asal klien. Klien seperti mengulang pengalaman masa kecilnya dalam
keluarga asal. Dari sini klien akan belajar perilaku baru dalam berhubungan
dengan orang lain.
6. Pengembangan
Teknik Sosialisasi
Umpan balik
balik dari anggota akan menolong klien untuk merubah sikapnya dalam berhubungan
dengan orang lain.
7. Peniruan
Perilaku
Seringkali klien
memperoleh manfaat dari pengamatannya dalam proses konseling kelompok. Klien
dapat mengamati dan meniru cara konselor maupun anggotalain dalam bersikap,
memecahkan masalah.
8. Belajar
Berhubungan dengan Pribadi Lain
Kelompok
merupakan mikrokosmik sosial. Jika klien dapat berhasil berinteraksi dengan
baik dalam kelompok, maka pengalaman ini dapat diharapkan untuk dilakukan di
luar kelompok.
9. Rasa
Kebersamaan
Rasa tertarik
anggota pada kelompok dapat membuat rasa bersatu, satu anggota dengan yang lain
bisa saling menerima, sehingga dapat membentuk hubungan yang berarti dalam
kelompok.
10. Katarsis
Katarsis
merupakan faktor penyembuh dalam konseling kelompok. Klien datang dengan penuh
gejolak emosi, dalam konseling klien dapat mengekspresikannya dengan bantuan
konselor maupun anggota lainnya.
11. Eksistensi
Kadang-kadang
ada klien yang menganggap bahwa hidup ini tidak adil dan tidak seimbang. Klien
kemudian mempertanyakan tentang hidup dan mati. Di dalamkonseling kelompok
topik seperti ini dapat timbul dan didiskusikan. Tanggapan dan dukungan dari
anggota lain akan sangat banyak menolong.
Tahap-tahap konseling/terapi kelompok
A. Persiapan
• Menerangkan
pada calon klien tentang konseling kelompok
• Tanggungjawab
klien dalam kelompok
• Keuntungan
yang diperoleh bila bergabung
• Tentang
hari,waktu, lama pertemuan
• Tentang
kelompok tertutup dan terbuka
Setelah
persiapan selesai :
1. Perkenalan
diri
2. Agenda :
tujuan yang akan dicapai dalam kelompok.
Ada 2 macam
agenda : a. Agenda Jangka Pendek, b. Agenda jangka Panjang
3. Norma
Kelompok
• Tentang
kerahasiaan
• Tentang
kehadiran
• Umpan balik
adalah untuk kepentingan anggota lain
• Pemberian
penghargaan pada apa yang telah dilakukan anggota lain
4. Penggalian
Ide dan Perasaan
Sebelum
pertemuan pertama berakhir perlu digali ide-ide maupun perasaan-perasaan yang
muncul.Usul-usul perlu ditampung. Ini penting utnuk menjaga rasa positif
anggota terhadap kelompok.
B. Transisi
Merupakan saat
transisi antar awal konseling dengan konseling sesungguhnya. Di sini anggota
dapat menjadi ambivalen. Dia merasa enggan harus membuka diri. Dalam keadaan
demikian dibutuhkan ketrampilan sebagai ”leader”.
1. Kepekaan
waktu
• Kapan harus
melakukan konfrontasi
• Kapan harus
memberi dukungan
• Peka terhadap
kebutuhan anggota saat itu.
2. Observasi
pola perilaku
• Perlu
memperhatikan anggota yang selalu menyita waktu
• Anggota yang
pasif
• Anggota yang
selalu mencela, dsb.
3. Pengenalan
suasana emosi
Suasana emosi
dapat dikenal melalui reaksi pemimpin terhadap suasana di dalam kelompok.
Reaksi perasaan pemimpin dapat dipakai sebgai barometer suasana emosi kelompok.
C. Kerja
Kelompok
Ada interaksi
dalam anggota kelompok yang ditandai dengan tingkatan moral yang tinggi dan
rasa memiliki kelompok yang tinggi pula.
D. Terminasi
Di sini ada
evaluasi : apa hasil yang dicapai agar ganjalan-ganjalan selama proses
konseling terungkapkan.
Kelebihan konseling/terapi kelompok
Kelebihan konseling/terapi kelompok
• Praktis
• Anggota belajar
berlatih perilakunya yang baru
• Kelompok dapat
dipakai untuk belajar mengekspresikan perasaan, perhatian dan pengalaman
• Anggota
belajar ketrampilan sosial, belajar berhubungan pribadi lebih mendalam
• Kesempatan dan
menerima di dalam kelompok
Kelemahan
konseling/terapi kelompok
• Tidak semua
orang cocok dalam kelompok
• Perhatian
konselor lebih menyebar
• Sulit dibina
kepercayaan
• Klien
mengharapkan terlalu banyak dari kelompok
• Kelompok bukan
dijadikan sarana berlatih melakukan perubahan, tetapi sebagai tujuan.