BAB II
KARYA-
KARYA ALBERT ELLIS
Albert
Ellis adalah seorang psikolog Amerika yang pada tahun 1955 mengembangkan
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT). Dia dianggap sebagai salah satu pencetus
perubahan dalam psikoterapi dan juga dianggap sebagai pendiri terapi
kognitif-perilaku. Berdasarkan survey 1982
ia dianggap sebagai psikoterapis paling berpengaruh kedua dalam sejarah
setelah Carl Rogers. Corak konseling Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)
berasal dari aliran pendekatan Kognitif Behavioristik
Albert
Ellis, yang telah banyak menerbitkan banyak karangan dan buku, antara lain buku
yang berjudul Reason and Emotion in Psychotherapy (1962), The Rational Emotive
(1973). Pada awal 2011 buku Rational Emotive Behavior Therapy oleh American
Psychological Association. Buku ini menjelaskan esensi dari teori REBT dan
dianggap sebagai panduan dasar yang sangat baik dalam memahami pendekatan REBT.
Pada saat kematiannya Dr Ellis menulis dan menulis lebih dari 80 buku dan 1200
artikel (termasuk delapan ratus makalah ilmiah) selama hidupnya
Berikut ini
adalah beberapa karya Albert Ellis:
·
The Folklore of Sex, Oxford, England: Charles Boni, 1951.
·
Sex, Society and the Individual , 1953
·
The American Sexual Tragedy. NY: Twayne, 1954
·
New Approaches to Psychotherapy Techinigues ., 1955
·
Sex Without Guilt. NY: Hillman, 1958
·
Encyclopedia of sexual Behavior , 1961
·
A Guide to Rational Living. Englewood Cliffs, N.J., Prentice-Hall, 1961
·
Reason and Emotion In Psychotherapy. NY: Lyle Stuart, 1962
·
The Intelligent Women's Guide to Man hunting , 1963
·
The Origins and Development of Incest Taboo , 1963
·
Growth Through Reason: Verbatim Cases In Rational-Emotive Therapy, 1971
·
How to Live With a Neurotic. Wilshire Book Company, 1979
·
Humanistic Psychotherapy: The Rational-Emotive Approach , 1973
·
How to Make Yourself Happy and Remarkably Less Disturbable. 1999
·
How to Control you Anxiety before it Controls you. 2000
·
Rational Emotive Behavior Therapy: It Works for Me–It Can Work for You
by Albert Elli., 2004
·
Rational Emotive Behavior Therapy, 2011
BAB III
TEORI DAN TEKNIK KONSELING
1.
Basic Phylosophy
Rational Emotive
Therapy atau Teori Rasional Emotif mulai dikembangan di Amerika pada tahun
1960-an oleh Alberl Ellis, seorang Doktor dan Ahli dalam Psikologi Terapeutik
yang juga seorang eksistensialis dan juga seorang Neo Freudian. Teori ini
dikembangkanya ketika ia dalam praktek terapi mendapatkan bahwa sistem
psikoanalisis ini mempunyai kelemahan-kelemahan secara teoritis (Ellis, 1974).
Teori Rasional
Emotif ini menitik beratkan manusia kepada tindakan berpikir, menilai,
menganalisa, dan bertindak.
Menurut Ellis unsur pokok terapi
rasional-emotif adalah asumsi bahwa berpikir dan emosi bukan dua proses yang
terpisah melainkan dua hal yang saling bertumpang tindih, dan dalam prakteknya
kedua hal itu saling terkait. Emosi disebabkan dan dikendalikan oleh fikiran.
Emosi adalah fikiran yang dialihkan dan diprasangkakan sebagai suatu proses
sikap dan kognitif yang intristik. Fikiran-Fikiran seseorang dapat menjadi
emosi seseorang dan merasakan sesuatu dalam situasi tertentu dapat menjadi
pemikiran seseorang. Atau dengan kata lain, fikiran mempengaruhi emosi dan
sebaliknya emosi mempengaruhi fikiran. Fikiran seseorang dapat menjadi emosinya,
dan emosi dalam keadaan tertentu dapat berubah menjadi fikiran.
Pandangan yang penting dari teori rasional-emotif adalah konsep hahwa banyak perilaku emosional indiuidu yang berpangkal pada “self-talk:” atau “omong diri” atau internatisasi kalimat-kalimat yaitu orang yang menyatakan kepada dirinya sendiri tentang fikiran dan emosi yang bersifat negatif.
Pandangan yang penting dari teori rasional-emotif adalah konsep hahwa banyak perilaku emosional indiuidu yang berpangkal pada “self-talk:” atau “omong diri” atau internatisasi kalimat-kalimat yaitu orang yang menyatakan kepada dirinya sendiri tentang fikiran dan emosi yang bersifat negatif.
- Key Concept
Pandangan
tentang Sifat Manusia
Terapi
Rasional-Emotif (TRE) adalah aliran psikoterapi yang berlandaskan asumsi bahwa
manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berpikir rasional dan jujur
maupun untuk berpikir irasional dan jahat. Manusia memiliki
kecenderungan-kecenderungan untuk memelihara diri, berbahagia, berpikir dan
mengatakan, mencintai, bergabung dengan orang lain, serta tumbuh dan
mengaktualkan diri.
TRE
menegaskan bahwa manusia memiliki sumber-sumber yang tak terhingga bagi
aktualisasi potensi-potensi dirinya dan bisa mengubah ketentuan-ketentuan
pribadi dan masyarakatnya. Menurut TRE, manusia dilahirkan dengan kecenderungan
untuk mendesakkan pemenuhan keinginan-keinginan, tuntutan-tuntutan,
hasrat-hasrat, dan kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Jika tidak segera mencapai apa
yang diinginkan, manusia mempersalahkan dirinya sendiri ataupun orang lain
(Ellis, 1973a, hlm. 175-176).
TRE
menekankan bahwa manusia berpikir, beremosi, dan bertindak secara simultan.
Jarang manusia beremosi tanpa berpikir, sebab perasaan-perasaan biasanya
dicetuskan oleh persepsi atas suatu situasi yang spesifik. Dinytakan oleh Ellis
(1974, hlm. 313), “Ketika mereka beremosi, mereka juga berpikir dan bertindak.
Ketika mereka bertindak, mereka juga berpikr dan beremosi. Ketika mereka
berpikir, mereka juga beremosi dan bertindak”.
Tentang
sifat manusia, Ellis (1967, hlm. 79-80) menyatakan bahwa baik pendekatan
psikoanalitik Freudian maupun pendekatan eksistensial telah keliru dan bahwa
metodologi-metodologi yang dibangun di atas kedua sistem psikoterapi tersebut
tidak efektif dan memadai.
TRE dan Teori Kepribadian
Neurosis, yang didefinisikan sebagai
“berpikir dan bertingkah laku irasional”, adalah suatu keadaan alami yang pada
taraf tertentu menimpa kita semua. Keadaan ini berakar dalam pada kenyataan
bahwa kita adalah manusia dan hidup dengan manusia-manusia lain dalam
masyarakat.
Emosi-emosi adalah produk pemikiran
manusia. Jika kita berpikir buruk tentang suatu, maka kita pun akan merasakan
sesuatu itu sebagai hal yang buruk. Ellis (1967, hlm. 82) menyatakan bahwa
“gangguan emosi pada dasarnya terdiri atas kalimat-kalimat atau arti-arti yang
keliru, tidak logis dan tidak disahihkan, yang diyakini secara dogmatis dan
tanpa kritik, dan terhadapnya, orang yang terganggu beremosi atau bertindak
sampai ia sendiri kalah”.
TRE menekankan bahwa menyalahkan
adalah inti sebagian besar gangguan emosional. Oleh karena itu, jika kita ingin
menyembuhkan orang yang neurotik atau psikotik, kita harus menghentikan
penyalahan diri dan penyalahan terhadap orang lain yang ada pada orang
tersebut.
Beberapa gagasan irasional yang
menonjol yang terus-menerus diinternalisasi dan tanpa dapat dihindari
mengakibatkan kekalahan diri. Ellis (1967, hlm. 48), berpendapat sebagai
berikut:
1. Gagasan
bahwa sangat perlu bagi orang dewasa untuk dicintai atau disetujui oleh setiap
orang yang berarti di masyarakatnya,
2.
Gagasan bahwa seseorang harus benar-benar kompeten, layak, dan berprestasi
dalam segala hal jika seseorang itu menginginkan dirinya dihormati,
3.
Gagasan bahwa orang-oran tertentu buruk, keji, atau jahat, dan harus dikutuk an
dihukum atas kejahatannya,
4.
Gagasan bahwa lebih mudah menghindari daripada menghadapi kesulitan-kesulitan
hidup dan tanggung jawab-tanggung jawab pribadi,
5.
Gagasan bahwa adalah merupakan bencana yang mengerikan apabila hal-hal menjadi
tidak seperti yang diharapkan,
6.
Gagasan bahwa ketidakbahagiaan manusia terjadi oleh penyebab-penyebab dari luar
dan bahwa orang-orang hanya memiliki sedikit atau tidak memiliki kemampuan
untuk menegndalikan kesusahan-kesusahan dan gangguan-gangguannya, dan
7.
Gagasan bahwa masa lampau adalah determinan yang terpenting dari tingkah laku
seseorang sekarang dan bahwa karena dulu sesuatu pernah mempengaruhi kehidupan
seseorang, maka sesuatu itu sekarang memiliki efek yang sama.
Teori A-B-C tentang Kepribadian
Teori A-B-C tentang kepribadian sangatlah penting bagi teori dan praktek
TRE. A adalah keberadaan suatu fakta, suatu peristiwa, tingkah laku atau sikap
seseorang.
C adalah konsekuensi atau reaksi emosional seseorang,
reaksi ini bisa layak dan bisa pula tidak layak. A (peristiwa yang
mengaktifkan) bukan penyebab timbulnya C (konsekuensi emosional).
Alih-alih B, yaitu keyakinan individu tentang A, yang
menjadi penyebab C, yakni reaksi emosional. Misalnya, jika seseorang mengalami
depresi sesudah perceraian, bukan perceraian itu sendiri yang menjadi penyebab
timbulnya reaksi depresif, melainkan keyakinan orang itu tentang perceraian
sebagai kegagalan, penolakan, atau kehilangan teman hidup. Ellis berkeyakinan
akan penolakan dan kegagalan (pada B) adalah yang menyebabkan depresi (pada C),
jadi bukan peristiwa perceraiaan yang sebenarnya (pada A). Jadi, manusia
bertanggung jawab atas penciptaan reaksi-reaksi emosional dan
gangguan-gangguannya sendiri.
Setelah A-B-C menyusul D, membahas bahwa pada dasarnya D adalah
penerapan metode ilmiah untuk membantu para klien menantang keyakinan-keyakinan
yang irasional yang telah mengakibatkan gangguan-gangguan emosi dan tingkah
laku. Karena prinsip-prinsip logika bisa diajarkan, prinsilp-prinsip ini bisa
digunakan untuk menghancurkan hipotesis-hipotesis yang tidak realistis dan yang
tidak bisa diuji kebenarannya.
Ellis menambahkan E untuk rumus ABC ini. Seorang
terapis harus melawan (dispute, D) keyakinan-keyakinan irasional itu agar
kliennya bisa menikmati dampak-dampak (effects, E) psikologis positif dari
keyakinan-keyakinan yang rasional. Sebagai contoh, “orang depresi merasa sedih
dan kesepian karena dia keliru berpikir bahwa dirinya tidak pantas dan merasa
tersingkir”. Padahal, penampilan orang depresi sama saja dengan orang yang
tidak mengalami depresi. Jadi, Tugas seorang terapis bukanlah menyerang
perasaan sedih dan kesepian yang dialami orang depresi, melainkan menyerang
keyakinan mereka yang negatif terhadap diri sendiri.
Tujuan Relational - Emotive Therapy
Ellis menunjukkan bahwa banyak jalan
yang digunakan dalam terapi rasional
Emotif yang diarahkan pada satu tujuan utama, yaitu :
" meminimalkan pandangan yang mengalahkan diri dari klien dan membantu
klien untuk memperoleh filsafat hidup yang lebih realistik". Tujuan
psikoterapis yang lebih baik adalah menunjukkan kepada klien bahwa
verbalisasi-verbalisasi diri mereka telah dan masih merupakan sumber utama dari
gangguan-gangguan emosional yang dialami oleh mereka.
TRE mendorong mendorong suatu reevaluasi filosofis dan
ideologis berlandaskan asumsi bahwa masalah–masalah manusia berakar secara
filosofis. Jadi, TRE tidak di arahkan
semata–semata pada penghapusan gejala ( Ellis. 1967, hlm. 85; 1973a, hlm. 172
). Jika masalah yang di hadirkan oleh klien adalah ketakutan atas kegagalan
perkawinan, sasran yang dituju oleh seorang terapis bukan hanya pengurangan
ketakutan yang spesifik itu, melainkan penanganan atas rasa takut gagal pada umumnya.
Ringkasnya, proses terapeutik terdiri
atas penyembuhan irasionalitas dengan rasionalitas. Karena individu pada
dasarnya adalah makhluk rasional dan karena sumber ketidakbhagiaannya adalah
irasionalitas, maka individu bisa mencapai kebahagiaan dengan belajar berpikir
rasional. Proses terapi, karenanya sebagian besar adalah proses
belajar-mengajar. Menghapus pandangan hidup klien yang mengalahkan diri dan
membantu klien dalam memperoleh pandangan hidup yang lebih toleran dan
rasional.
Tujuan dari Rational Emotive Theory
adalah:
·
Memperbaiki dan mengubah segala perilaku yang
irasional dan tidak logis menjadi rasional dan logis agar klien dapat
mengembangkan dirinya.
·
Menghilangkan gangguan emosional yang merusak
·
Untuk membangun Self Interest, Self Direction,
Toleransi, Acceptance of Uncertainty, Fleksibel, Komitmen, Scientific Thinking,
Risk Taking, dan Self Acceptance Klien.
1. Hubungan terapeutik antara terapis dan klien
Menurut Ellis, kehangatan pribadi , afeksi, dan hubungan pribadi antara
terapis dan klien yang intens memiliki arti yang sekuder. Ia percaya bahwa
hubungan yang baik antara klien dan terapis merupakan sesuatu yang sangat
diharapkan. Menurut Ellis ( 1973a, hlm. 196 ), para pempraktek emosional –
emotif cenderung tampil informal dan menjadi dirinya sendiri.
Terapis berfungsi sebagai guru dan
klien sebagai murid. Hubungan pribadi antara terapis dan klien tidak esensial.
Klien memperoleh pemahaman atas masalah dirinya dan kemudian harus secara aktif
menjalankan pengubahan tingkah laku yang mengalahkan diri.
Patut dicatat, meskipun hubungan pribadi atau kehangatan dan afeksi antara
terapis dan klien tidak dipandang sangat penting dalam TRE, bukan berarti bahwa
transferensi tidak dianggap signifikan. Ellis ( 1967, hlm. 87 ) percaya bahwa
hubungan antara terapis dan klien merupakan bagian yang berarti dari proses
terapeutik, tetapi arti itu berbeda dengan arti yang terdapat dalam sebagian
besar psikoterapi lainnya. Ellis menyatakan bahwa TRE menekankan pentingnya
peran terapis sebagai model bagi para klien. Selama pertemuan terapi, terapis
memainkan peran sebagai model yang tidak terganggu secara emosional dan hidup
secara rasional.
Teknik
Terapi Relational – Emotive
Terapi realitas bisa ditandai sebagai
terapi yang aktif secara verbal.
Prosedur – prosedurnya difokuskan
pada kekuatan-kekuatan dan potensi-potensi klien yang dihubungkan dengan
tingkah lakunya sekarang dan usahanya mencapai keberhasilan dalam hidup. Dalam
membantu klien untuk menciptakan identitas keberhasilan, terapis bisa
menggunakan beberapa teknik sebagai berikut :
1. Terlibat dalam
permainan peran dengan klien.
2. Menggunakan humor.
3. Mengonfrontasikan
klien dan menolak dalih apapun.
4. Membantu klien
dalam merumuskan rencana-rencana yang sesifik bagi tindakan.
5. Bertindak sebagai
model dan guru.
6. Memasang
batas-batas dan menyusun situasi terapi.
7. Menggunakan
"terapi kejutan vebal" atau sarkasme yang layak untuk mengkonfrontasikan
klien dengan tingkah lakunya yang tidak realistis.
8. Melibatkan diri
dengan klien dalam upayanya mencari kehidupan yang lebih efektif.
9. Manusia berfikir,
berperasaan dan bertindak secara serentak. Kaitan yang begitu erat menyebabkan
jika salah satu saja menerima gangguan maka yang lain akan terlibat sama. Jika
salah satu diobati sehingga sembuh, dengan sendirinya yang dua lagi akan turut
terobati.
Dalam terapi rasional emotif,
terdapat tiga teknik yang besar:
1. Teknik-Teknik Kognitif
a. Teknik-teknik
kognitif adalah teknik yang digunakan untuk mengubah cara berfikir klien. Ada
empat teknik besar dalam teknik-teknik kognitif :
Teknik Pengajaran -Teknik ini memberikan keleluasan kepada konselor untuk berbicara serta menunjukkan sesuatu kepada klien, terutama menunjukkan bagaimana ketidaklogikan berfikir itu secara langsung menimbulkan gangguan emosi kepada klien tersebut.
Teknik Pengajaran -Teknik ini memberikan keleluasan kepada konselor untuk berbicara serta menunjukkan sesuatu kepada klien, terutama menunjukkan bagaimana ketidaklogikan berfikir itu secara langsung menimbulkan gangguan emosi kepada klien tersebut.
b. Teknik Persuasif -
Meyakinkan klien untuk mengubah pandangannya kerana pandangan yang ia kemukakan
itu tidak benar. Konselor langsung mencoba meyakinkan, mengemukakan pelbagai
argumentasi untuk menunjukkan apa yang dianggap oleh klien itu adalah tidak
benar.
c. Teknik Konfrontasi
- Konselor menyerang ketidaklogikan berfikir klien dan membawa klien ke arah
berfikir yang lebih logik.
d. Teknik Pemberian
Tugas - Konselor memberi tugas kepada klien untuk mencoba melakukan tindakan
tertentu dalam situasi nyata. Misalnya, menugaskan klien bergaul dengan anggota
masyarakat kalau mereka merasa dipencilkan dari pergaulan atau membaca buku
untuk memperbaiki kekeliruan caranya berfikir
2. Teknik-Teknik Emotif
Teknik-teknik emotif adalah teknik yang digunakan untuk mengubah emosi
klien. Antara teknik yang sering digunakan ialah:
a. Assertive Training,
yaitu teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong dan membiasakan klien
untuk secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan perilaku tertentu yang
diinginkan.
b. Sosiodrama, yang
digunakan untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan
(perasaan-perasaan negatif) melalui suatu suasana yang didramatisasikan
sedemikian rupa sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri
secara lisan, tulisan, ataupun melalui gerakan-gerakan dramatis.
c. Self Modeling,
yakni teknik yang digunakan untuk meminta klien agar “berjanji” atau mengadakan
“komitmen” dengan konselor untuk menghilangkan perasaan atau perilaku tertentu.
d. Imitasi, yakni
teknik yang digunakan di mana klien diminta untuk menirukan secara terus
menerus suatu model perilaku tertentu dengan maksud menghadapi dan
menghilangkan perilakunya sendiri yang negatif.
3. Teknik-Teknik Behavioristik
Teknik ini khusus untuk mengubah tingkah laku pelajar yang tidak diingini.
Antara teknik ini ialah:
a. Teknik
Reinforcement - Mendorong klien ke arah perilaku yang diingini dengan jalan
memberi pujian dan hukuman. Pujian pada perilaku yang betul dan hukuman pada
perilaku negatif yang dikekalkan.
b. Teknik Social
Modelling - Digunakan membentuk perilaku baru pada klien melalui peniruan,
pemerhatian terhadap Model Hidup atau Model Simbolik dari segi percakapan dan
interaksi serta pemecahan masalah.
Berdasarkan kepada penjelasan teknik di atas, dapat dilihat bahwa teknik terapi terapi rasional emotif ini bukan saja terbatas pada sisi konseling, tetapi juga berlaku di luar sesi konseling.
Berdasarkan kepada penjelasan teknik di atas, dapat dilihat bahwa teknik terapi terapi rasional emotif ini bukan saja terbatas pada sisi konseling, tetapi juga berlaku di luar sesi konseling.
c. Ellis
berpendapat bahwa mungkin tidak ada kondisi tunggal atau sekumpulan kondisi
yang memadai dan yang esensial bagi terjadinya perubahan. TRE menandaskan bahwa
orang-orang bisa mengalami perubahan melalui banyak jalan yang berbeda seperti
pengalaman hidup yang berarti untuk menentukan perubahan kepribadian yang tahan
lama.
d. Teknik
TRE yang esensial adalah mengajar secara aktif-direktif. terapis memainkan
peran sebagi pengajar yang aktif untuk meredukasi klien. terapis menunjukan
penyebab ketidak logisan gangguan yang dialami klien dan
verbalisasi-verbalisasi diri yang lama mengganggu kehidupan klien.
.
Prosedur terapeutik yang
digunakan terapis TRE Ellis menyatakan metode yang bervariasi itu yang paling
efektif digunakan dengan maksud membantu klien mencapai suatu perubahan kognitif
yang mendasar. Pelaksanaan pekerjaan rumah juga telah dimasukan dalam bagian
integral dari praktek TRE untuk membantu klien dalam upayanya mempraktekan
perlawanan atas ketakutan irasional.
Orang yang paling efektif
ditangani TRE:
1. Kesediaan klien untuk mempraktekkan pelaksanaan pekerjaan
rumah.
2. TRE
lebih efektif dalam menangani para klien yang tidak terganggu serius atau hanya
memiliki satu gejala utama
Tipe klien yang ditangani
dengan prosedur TRE: klien yang mengalami kecemasan moderat, masalah perkawinan,
mengalami kesulitan seksual, mengalami gangguan kepribadian neurotik, mengalami
gangguan karakter, para remaja nakal, para kriminal dewasa, psikotik
borderline, para psikotik yang memiliki kontra dengan kenyataan dan klien yang
memiliki masalah-masalah psikosomatik
Aplikasi
Pendekatan ini menekankan pada
pentingnya pemikiran sebagai dasar dari gangguan-gangguan pribadi. Sumbangan
utamanya adalah penekanannya pada keharusan praktek dan
bertindak menuju perubahan tingkah laku masalah.
Pendekatan konseling RET merupakan konseling yang sudah terbukti
efektifitasnya dalam mengatasi permasalahan anak-anak dan remaja di Luar
Negeri. Banks & Zionts, 2009 mencatat beberapa ahli yang telah membuktikan
bahwa konseling RET efektif, seperti Ellis, Wilde, Knaus, LaConte,
Shaw&Dunn, Snap&Farrel, Vernon, dan juga Zionts. Hal yang serupa juga
ditemukan dalam studi yang dilakukan oleh Lam (2001) mengenai penggunaan
Cognitive behaviour therapy dalam mengatasi masalah bulimia nervosa. Sejalan
dengan hal itu, studi lain yang dilakukan oleh Albert Ellis sendri sebagai
penggagas pendekatan ini menunjukkan keberhasilan dalam mengatasi
masalah-masalah yang dialami oleh kliennya.
Pendekatan RET memiliki keunggulan dibandingkan dengan konseling yang
menggunakan pendekatan lain. Pendekatan RET merupakan pendekatan yang bersifat
didaktik. Konselor merupakan pendidik yang harus melakukan transfer pengetahuan
dan keterampilan mengenai RET kepada klien. Karakteristik ini sesuai dengan
bimbingan dan konseling di Indonesia yang memang berada pada wilayah
pendidikan. Bahkan, pendidikan Indonesia yang menempatkan guru (termasuk juga
guru BK/konselor) dalam posisi yang tidak dapat setara secara obsolut dengan
siswa (beberapa pendekatan konseling menempatkan konselor dan klien dalam posisi
yang setara) dapat menjadi nilai tersendiri bagi pendekatan RET. Keunggulan
yang lain adalah pendekatan RET bertujuan agar klien pada akhirnya menjadi
terapis untuk dirinya sendiri. Itu mengapa konselor mengajarkan pengetahuan dan
keterampilan mengenai RET kepada klien.
Pendekatan rasional
emotif yang dikembangkan oleh Albert Ellis mempunyai kontribusi berikut:
1. Rasional Emotif
menawarkan dimensi kognitif dan menantang klienuntuk meneliti rasionalitas dari
keputusan yang telah diambil sertanilai yang klien anut.
2. Rasional Emotif
memberikan penekanan untuk mengaktifkan pemahaman yang di
dapat oleh klien sehingga klien akan langsung mampu mempraktekkan
perilaku baru mereka.
3. Rasional emotif
menekankan pada praktek terapeutik yangkomprehensif dan eklektik.
4. Rasional emotif
mengajarkan klien cara-cara mereka bisa melakukan terapi sendiri tanpa
intervensi langsung dari terapis.
Kekurangan dari
pendekatan ini adalah sebagai berikut:
1. Rasional emotif tidak
menekankan kepada masa lalu sehingga dalam proses terapeutik ada hal-hal yang
tidak diperhatikan.
2. Rasional emotif
kurang melakukan pembangunan hubungan antaraklien dan terapis sehingga klien
mudah diintimidasi oleh konfrontasicepat terapis.
3. Klien dengan mudahnya
terbius dengan oleh kekuatan dan wewenangterapis dengan menerima pandangan
terapis tanpa benar-benarmenantangnya atau menginternalisasi ide-ide baru.
4. Kurang memperhatikan
faktor ketidaksadaran dan pertahanan ego
CATATAN AKHIR
1. Corey Gerald, Teori
dan Paktek Konseling & Psikoterapi, PT Refika Aditama : Bandung, 2007,
hlm.238
DAFTAR
PUSTAKA
Badrujaman, Aip. “Penggunaan Pendekatan Rational
Emotif Therapy (RET) pada setting
sekolah di Indonesia”.
http://bkpemula.files.wordpress.com/2011/12/02
aip_badrujaman_rebt.pdf (diakses 27 Mei 2012)
Corey,
Gerald. 2005. Teori dan Praktik Konseling
dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.
Corey, Gerald. (2007). Teori dan Praktek Konseling &
Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.
Dhiyan. “Terapi Rasional Emotif.”
http://dhiyan-psikologiasyik.blogspot.com/2008/06/terapi-rasional-emotif.html
(diakses tanggal 24 Mei 2012)
File Universitas Pendidikan Indonesia.
“Rational-Emotive_Therapy_Counseling.” http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195505161981011-
Hijriani, Susan. “Ratinal Emoted Teorhy.”
http://susanhijriani.blogspot.com/2008/03/rational-emoted-theory.html (diakses
24 Mei 2012)
http://marabpisurya.blogspot.com/2011/01/pendekatan-kognitif.html (diakses
pada tanggal 24 Mei 2012)
http://www.rebt.ws/albertellisbiography.html
(diakses pada tanggal 27 Mei 2012)
Naisaban, L.
(2004). Para Psikolog Terkemuka Dunia: Riwayat Hidup, Pokok Pikiran, Dan Karya.
Jakarta: PT.Gramedia Widiasarana Indonesia
Singgih D.
Gunarsa, Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT. BPK. Gunung Mulia, 1992