Social Icons

Selasa, 28 Januari 2014

Teori Psikososial Erik H. Erikson



          Erikson (1964; dalam Monks dan Knoers, Siti Rahayu Haditono, 2002) meluaskan teori Freud dengan mencoba meletakkan hubungan antara gejala psikis dan edukatif di satu pihak dan gejala masyarakat-budaya di pihak yang lain.
            Erik Erikson mengakui kontribusi Freud tetapi pecaya bahwa Freud salah menilai beberapa dimensi penting dari perkembangan manusia. Erikson (1950, 1968) mengatakan bahwa kita berkembang dalam tahap psikososial, daripada dalam tahap psikoseksual. Bagi Freud, motivasi utama perilaku manusia bersifat seksual secara alami, bagi Erikson, motivasi utama manusia bersifat sosial dan mencerminkan suatu keinginan untuk berhubungan dengan orang lain. Erikson menekankan perubahan perkembangan sepanjang kehidupan manusia, sedangkan Freud menyatakan bahwa kepribadian dasar kita terbentuk pada lima tahun pertama kehidupan.
            Dalam teori Erikson, delapan tahap perkembangan berkembang sepanjang kehidupan. Tiap tahap terdiri dari tugas perkembangan yang unik yang menghadapkan seseorang pada suatu krisi yang harus dipecahkan. Menurut Erikson, krisis ini bukanlah musibah melainkan titik balik meningkatnya kelemahan dan kemampuan. Semakin berhasil seseorang menyelesaikan krisis yang dihadapi, akan semakin sehat perkembangannya (Hopkins, 2000; dalam John W. Santrock, 2007).
        Cara pendekatan Erikson yang bersifat normopsikologis ditinjau dari pendekatan psikologi sepanjang hidup cukup relevan untuk ditinjau sejenak. Erikson membagi hidup manusia menjadi beberapa fase atas dasar proses-proses tertentu beserta akibat-akibatnya. Proses-prosesnya dapat berakhir baik atau tidak baik. Bila berakhir baik dapat memperlancar perkembangan, bila tidak baik akan menghambat perkembangan. Dari segi pandangan psikologi perkembangan, maka pada setiap fase seseorang mempunyai “tugas” yang harus diselesaikan dengan baik. Dengan demikian maka pandangan ini merupakan pelopor teori mengenai tugas-tugas perkembangan yang akan dibahas pada tahap-tahap perkembangan.


Tahap-tahap Perkembangan Erik H. Erikson


Kepercayaan versus ketidakpercayaan {trust versus mistrust) adalah tahap psikososial Erikson yang pertama, yang dialami pada tahun pertama kehidupan. Rasa percaya melibatkan rasa nyaman secara fisik dan tidak ada rasa takut atau kecemasan akan masa depan. Rasa percaya yang dirasakan bayi akan menjadi fondasi kepercayaan sepanjang hidup bahwa dunia akan menjadi tempat yang baik dan menyenangkan untuk ditinggali.
Otonomi versus rasa malu dan ragu-ragu (autonomy versus doubt and shame) adalah tahap perkembangan Erikson yang kedua. Tahap ini terjadi pada masa bayi akhir dan masa kanak-kanak awal (1-3 tahun). Setelah mendapatkan rasa percaya pengasuh, bayi mulai mengetahui bahwa perilaku mereka adalah milik mereka sendiri. Mereka mulai menyatakan kemandirian mereka, atau disebut otonomi. Mereka menyadari keinginan mereka. Jika anak terlalu dibatasi atau dihukum dengan keras, mereka mungkin memunculkan rasa malu dan ragu-ragu.
Inisiatif versus rasa bersalah (initiative versus guilt), tahap perkembangan Erikson yang ketiga, terjadi selama tahun prasekolah. Begitu anak prasekolah memasuki dunia sosial yang lebih luas, mereka menghadapi lebih banyak tantangan dari pada ketika mereka bayi. Perilaku yang aktif dan bertujuan diperlukan untuk menghadapi tantangan ini. Anak diminta untuk memikirkan tanggung jawab terhadap tubuh, perilaku, mainan, dan hewan peliharaan mereka. Mengembangkan rasa tanggung jawab meningkatkan inisiatif. Meskipun demikian, rasa bersalah yang tidak nyaman dapat muncul, jika anak tidak bertanggung jawab dan dibuat merasa sangat cemas. Erikson memiliki pandangan positif terhadap tahap ini. ia percaya bahwa sebagian besar rasa bersalah dengan cepat digantikan oleh rasa ingin berprestasi.
Kerja keras versus rasa inferior (industry versus inferiority) adalah tahap per­kembangan Erikson yang keempat, terjadi di sekitar tahun sekolah dasar. Inisiatif anak membawa mereka berhubungan dengan banyak pengalaman baru. Saat mereka berpindah ke masa kanak-kanak tengah dan akhir, mereka mengarahkan energy mereka menuju penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual. Di waktu yang sama pula anak menjadi lebih antusias mengenai belajar dibandingkan dengan akhir periode kanak-kanak awal yang penuh imajinasi. Kemungkinan lain dalam tahun sekolah dasar adalah bahwa anak dapat memunculkan rasa inferior-merasa tidak kompeten dan tidak produktif. Erikson percaya bahwa guru memiliki tanggung jawab khusus bagi perkembangan keaktifan anak. Guru harus "dengan lembut tetapi tegas mengajak anak ke dalam petualangan menemukan bahwa seseorang dapat belajar mencapai sesuatu yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya" (Erikson, 1968, hlm. 127)
Identitas versus kebingungan identitas {identity versus identity confusion) adalah tahap perkembangan Erikson yang kelima, yang dialami seseorang selama masa remaja. Pada masa ini, individu dihadapkan pada penemuan diri, tentang siapa diri mereka sebenarnya, dan kemana mereka akan melangkah dalam hidup ini. Remaja dihadapkan pada banyak peran baru dan status kedewasaan-pekerjaan dan cinta, misalnya. Orang tua perlu mengizinkan remaja untuk menjelajahi peran-peran tersebut dan jalan yang berbeda-beda di setiap peran. Jika remaja menjelajahi peran tersebut dengan cara yang baik, dan sampai pada jalan positif untuk diikuti dalam hidup, maka identitas positif akan tercapai. Jika suatu identitas dipaksakan 'pada remaja oleh orang tua, jika remaja tidak cukup menjelajahi banyak peran, dan jika masa depan yang positif belum jelas, maka terjadilah kebingungan identitas.
Keintiman versus isolasi {intimacy versus isolation) merupakan tahap perkem­bangan Erikson yang keenam, yang dialami seseorang selama masa dewasa awal. Pada masa ini, individu menghadapi tugas perkembangan yaitu membentuk hubungan akrab dengan orang lain. Erikson menggambarkan keintiman sebagai menemukan diri dan sekaligus kehilangan diri dalam diri orang lain. Jika para dewasa muda membentuk persahabatan yang sehat dan hubungan akrab dengan orang lain, keintiman akan tercapai; jika tidak, akibatnya adalah isolasi diri.
Generativitas versus stagnasi merupakan tahap perkembangan Erikson yang ketujuh, yang dialami seseorang pada masa dewasa tengah. Pada tahap ini, kepedulian utamanya adalah membantu generasi yang lebih muda dalam mengembangkan dan mengarahkan kehidupan menjadi berguna-ini yang disebut Erikson sebagai generativitas. Perasaan bahwa dirinya tidak berbuat apa-apa untuk membantu generasi mendatang disebut stagnasi.
Integritas versus keputusasaan {integrity versus despair) merupakan tahap perkembangan kedelapan dan terakhir dari Erikson, yang dialami seseorang pada masa dewasa akhir. Dalam tahap ini, seseorang bercermin pada masa lalu dan menyimpulkan bahwa ia telah menjalani hidup dengan baik, atau sebaliknya menyimpulkan bahwa hidupnya belum dimanfaatkan dengan baik. Dengan banyak cara, orang berusia lanjut dapat mengembangkan pandangan positif pada tahap-tahap perkembangan sebelumnya. Jika demikian, kilasan retrospektifnya akan memunculkan gambar kehidupan yang dimanfaatkan dengan baik, dan orang tersebut akan merasakan kepuasan-integritas dapat dicapai. Jika orang berusia lanjut membentuk setiap tahap perkembangan sebelumnya secara negatif, kilasan retrospektifnya mungkin akan memunculkan keraguan atau kegelapan-keputusasaan yang dimaksudkan oleh Erikson.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates