Salah satu metode yang sangat efektif yang sering
dipakai di dalam konseling anak adalah terapi bermain (Play Therapy).
Setidaknya ada lima alasan mengapa konselor anak menggunakan terapi bermain
dalam menolong anak-anak. Pertama:
pemecah es hubungan konselor – anak. Kedua: Menolong usaha konselor lebih
memahami anak yang ditangani. Ketiga: Menolong anak menyatakan secara nonverbal
sesuatu yang sulit diungkapkan anak. Keempat: Menolong anak bertumbuh dan sadar
akan masalah yang dihadapi sehingga dapat menemukan jalan keluar. Kelima: Usaha
melatih anak melakukan suatu ketrampilan yang dahulu tidak dapat dilakukannya.
Penggunaan terapi bermain sudah sangat terbukti sangat efektif dalam pemberian
pertolongan pastoral kepada anak-anak.
Proses Konseling Anak
Hampir semua anak yang datang ke ruang konseling
dibawa oleh orang lain, baik itu orang tua, atau pihak-pihak lain yang
bertanggung jawab terhadap kehidupan anak. Oleh sebab itu, anak-anak yang
datang ke ruang konseling seringkali tidak siap, atau bahkan enggan
menceritakan masalah yang sedang dihadapinya saat itu. Oleh sebab itu, konselor
harus benar-benar mempersiapkan segala sesuatu, khususnya kesiapan hati untuk
menjalin hubungan (relationship) dengan anak yang datang kepadanya.
Langkah Persiapan
Ada beberapa persiapan yang perlu dilakukan oleh
konselor sebelum sesi pertama konseling berlangsung.
Pertama:
Konselor perlu mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai anak,
kondisinya, keadaan keluarga, nilai-nilai hidupnya, pergaulannya, dan
sebagainya dari orang-orang yang hidup di sekitar anak itu, misalnya: keluarga,
pengasuh, dan sebagainya.
Semakin banyak informasi yang diperoleh anak semakin membantu keefektifan
konseling dan dalam penetapan goal / tujuan konseling berikutnya.
Kedua:
Konselor perlu menegaskan kontrak dengan orang tua. Orang tua harus menyadari
dan terlibat di dalam seluruh proses konseling, khususnya dalam rangka menolong
anak di rumah.
Ketiga:
Konselor perlu memilih media konseling yang tepat sesuai dengan kebutuhan,
karakter, dan kesukaan anak.
Hal ini akan sangat mempengaruhi kesiapan anak untuk menceritakan masalah dan
dibantu dalam rangka menghadapi dan menyelesaikan masalah.
Langkah konseling
Fase
pertama: Client Centered Psychotherapy. Langkah awal disebut sebagai
joining, yaitu konselor mulai menjalin hubungan yang akrab dan dengan dekat dengan
anak. Dalam Tujuan utama joining adalah untuk membangun rasa aman sehingga
pelan-pelan anak mulai membuka dirinya dan masalah yang dihadapi. Keberhasilan
joining dimulai dari pertemuan pertama. Semakin baik kesan anak terhadap
konselor diawal konseling akan mempengaruhi seluruh proses konseling
berikutnya. Dalam pertemuan awal ini, mungkin akan banyak kejutan, hal yang
mengagetkan kita. Namun yang paling penting adalah stick to the focus of
counseling. Dalam proses joining, konselor dapat menggunakan media yang dapat
membantu anak untuk membuka dirinya. Media yang paling sering dipakai untuk
proses joining adalah miniatur binatang (akan dijelaskan pada poin di
bawah). Konselor perlu melakukan banyak observasi terhadap segala sesuatu yang
dilakukan, dikatakan, dipikirkan, anak. Konselor juga perlu mendengar dengan
penuh perhatian terhadap anak. Dalam berbicara dengan anak, konselor harus
menghindarkan kesan menginterview anak dengan memberondongnya dengan banyak
pertanyaan. Ketika berbicara dengan anak, konselor sebaiknya menggunakan
statement (kalimat berita) yang berisi affirmasi dan beri feedback untuk setiap
hal yang dibicarakan anak. Ketika konselor ingin bertanya, hindari pengunaan
kata tanya ”mengapa”. Gunakan pertanyaan terbuka (open question), yang
mengijinkan anak bercerita lebih banyak. Konselor perlu bertanya beberapa kali
untuk satu hal yang diceritakan anak, agar anak dapat bercerita lebih banyak
lagi pokok pembicaraannya. Ijinkan anak berbicara apa yang ingin dia bicarakan.
Konselor harus berhati-hati terhadap fokus kepada agenda pribadi konselor.
Setelah anak berbicara dengan terbuka dan konselor mulai menangkap problem
utama yang sedang dihadapi, konselor perlu menetapkan goal / tujuan spesifik
dari proses konseling. Hal ini akan membuat konselor lebih efektif menolong
anak.
Fase kedua:
Gestalt Therapy.
Setelah anak menceritakan masalah yang dihadapi dalam fase pertama, konselor
perlu menolong anak untuk masuk ke dalam emosinya berkaitan dengan masalah
yang sedang dihadapi. Kita perlu menolong anak untuk release the
emotion, tentang kesedihannya, kemarahannya, perasaan ditolaknya, dan
mengijinkannya untuk melakukan hal-hal yang sebelumnya mungkin tidak
dilakukannya; misalnya berteriak dengan suara keras, meremas-remas
sesuatu (media yang disediakan). Media
yang paling sering digunakan dalam fase ini adalah sand tray atau clay.
Media ini menolong anak untuk dapat mengeluarkan emosi-emosi negatif yang
mungkin selama ini tersembunyi namun terus dirasakan anak. Setelah proses
pelepasan emosi, anak mungkin akan mengalami kelegaan dan cenderung lebih
positif. Setelah anak masuk ke dalam keadaan itu, konselor dapat melanjutkan
konseling ke fase berikutnya.
Fase
ketiga: Narative therapy.
Dalam fase ini, konselor menolong anak melakukan rekonstruksi mengenai apa yang sedang
terjadi dalam hidupnya. Dalam fase ini, konselor menolong anak untuk
melihat masalah yang dihadapi dengan cara yang berbeda (dari sudut yang berbeda
dan lebih positif). Penekanan semua pendekatan adalah strength based. Dalam
fase ini, Pertama: konselor menolong anak dengan melakukan rekonstruksi
cerita, dan membuat cerita baru (dari hal yang sama namun dengan sudut pandang
yang lebih positif) dari kisah yang sudah diceritakan anak. Kedua:Konselor
menolong anak melakukan proses eksternalisasi, yaitu menolong anak menaruh
masalah di luar dirinya, dan melihatnya dengan perspektif yang berbeda. Ketiga:
Pola lain yang sering dilakukan adalah pengecualian (exception), yaitu ketika
anak berulang-ulang menggunakan kata-kata tertentu, misalanya: selalu, tidak
pernah, tiap kali, dan sebagainya. Pengecualian membuat anak melihat, bahwa di
dalam hal yang negatif, tetap ada hal yang positif. Keempat: Konselor
menggunakan scalling Question,untuk mengukur tingkat masalah yang dihadapi
(dipikirkan atau dirasakan) anak. Kelima: Konselor dapat menggunakan Miracle
Question, mengenai kemungkinan keadaan anak bila masalah yang dihadapinya
hilang atau tidak ada lagi. Semua pendekatan ini akan sangat menolong anak
untuk melihat sesuatu dengan lebih positif dan mengandung harapan untuk
berubah. Persepsi yang berubah akan menolong anak untuk mengubah tingkah
lakunya berkaitan dengan hal itu. Media
yang paling sering digunakan dalam fase ini adalah penggunaan Sand tray dan
clay / malam / tanah liat, yang juga sangat menolong anak untuk deal dengan
perasaan dan pola berpikirnya,
Fase
keempat: Cognitive Behaviour Therapy. Setelah menemukan masalah utama, deal dengan
perasaannya kepada hal itu, dan melihat masalah itu secara berbeda dan positif,
sekarang konselor perlu menolong anak
untuk memutuskan orang seperti apa yang diinginkan oleh anak. Seringkali
anak yang mengalami masalah mengganggap bahwa dialah yang menyebabkan masalah
terjadi. Hal ini tentu sangat merusak cara dia berpikir mengenai dirinya
sendiri. Banyak keyakinan yang salah mengenai diri yang dibangun dari rasa
bersalah ini. Oleh sebab itu, konselor perlu menolong mengubah unhelpful belief
(destructive beliefs) mengenai dirinya sendiri. Metode yang sering digunakan dalam fase ini adalah menggambar fruit
tree.. Dalam hal ini, anak disadarkan bahwa ada banyak pilihan yang harus
diputuskannya, khususnya mengenai dirinya sendiri, khususnya untuk keinginannya
dan harapannya menjadi seseorang yang diinginkannya untuk hidup secara sehat
dan benar. Pilihannya akan sangat mempengaruhi akan jadi seperti apa dirinya
setelah konseling selesai
Fase
kelima: Behaviour Therapy.
Dalam fase ini, konselong menolong anak
berlatih ketrampilan baru yang dibutuhkannya untuk menjadi seorang seperti yang
dipilihnya dalam fase kelima. Metode yang dapat menolong anak untuk belajar
tingkah laku yang baru adalah comic strip atau worksheet. Tentu seorang
anak sangat tidak mudah untuk langsung mempunyai tingkah laku baru yang
diharapkan. Dia harus dilatih terlebih dahulu. Oleh sebab itu, konselor perlu
menolong anak untuk belajar tingkah laku baru. Ruang konseling dapat digunakan
sebagai ruang latihan, dan anak diminta untuk mempraktekkan langsung tingkah
laku baru yang ingin dilakukannya kemudian. Untuk beberapa masalah yang
dihadapi anak, misalnya kemarahan, anak ditolong untuk melakukan tindakan
visualisasi langsung, dengan metode eksternalisasi (lihat fase 3) untuk
mengatasi kemarahan
Fase keenam
: Terminasi.
Setelah melihat, review dan memperbincangkan dengan anak dan orang tua, dan
melihat kemajuan konseling yang sudah terjadi, konseling dapat diselesaikan dan
doa kita perlu terus menyertai anak-anak itu, agar hanya tangan KUAT Tuhan yang
selalu menjaga dan menguatkan mereka dalam semua pergumulan hidup yang akan
dihadapi mereka di depan.
Ingat: peran orang tua dalam semua fase konseling
anak sangatlah penting dan menentukan. Informasikan apa saja yang dibutuhkan
orang tua untuk menolong anak dengan cara dan pola seperti yang kita harapkan
terjadi di rumah. Komunikasi dengan orang tua memegang peranan yang sangat
besar dalam hal ini.
Dua Masalah
Yang Paling Sering Muncul Dalam Konseling:
Resistensi
Seringkali anak menolak untuk bekerja sama atau
terbuka kepada konselor. Pada umumnya, mereka bukanlah menolak konselor. Mereka
seringkali merasa tidak sanggup menghadapi kesedihan, sakit, luka, dan
kemarahan mereka, sehingga mereka sering memilih untuk menghindar atau malah
menjauhi konselor yang akan membantu mereka. Hal itu mereka lakukan untuk
melindungi diri dan menghindari keadaan atau perasaan yang tidak nyaman.
Seringkali beberapa tanda juga menyertai resistensi mereka, antara lain: Pertama:
Regresi (kemunduran kemampuan). Kedua: Denial (menyangkali keadaan). Ketiga:
Avoidance (menolak dan menghindari pembicaraan). Keempat: Repression (menekan /
menyembunyikan) perasaan. Kelima: Projection (memproyeksikan perasaan kepada
benda atau ke orang lain). Keenam: Rasionalisasi (Mengurangi perasaan tidak
nyaman – cenderung unhelpful thought). Ketujuh: Reaction Formation (Tindakannya
tidak sama dengan perasaan – tidak jujur). Kedelapan: Defence mechanism
(mekanisme pertahanan). Kesembilan: defensive behaviour (melakukan sesuatu yang
bertentangan dengan yang seharusnya dilakukan untuk mempertahankan diri).
Hal yang dapat dilakukan konselor untuk anak yang melakukan resistensi adalah
mengijinkan hal itu terjadi sebagai proses normal, perkuat joining, dan sabar
menunggu sampai anak benar-benar siap untuk membuka dirinya. Jangan memaksa
anak. Hal itu akan membuat anak semakin menghindar dan shut down terhadap kita.
Gunakan feedback, beri validasi sampai dia mengerti bahwa konselor sangat
mengerti keadaannya. Setelah itu, kembali lagi ke pergumulannya dengan
pendekatan yang berbeda.
Transference
Konselor perlu benar-benar membereskan dirinya
sendiri sebelum melayani anak-anak yang bermasalah. Jika konselor sendiri belum
berdamai dengan diri dan keadaannya, konseling hanya akan memperburuk keadaan
konselor maupun anak, karena konselor sendiri terjebak dengan keadaan dirinya
sendiri, yang mungkin sangat mirip dengan apa yang dialami anak pada waktu itu.
Penggunaan
Beberapa Media Dalam Konseling Anak
Miniatur
Binatang
1.Sekumpulan binatang berbagai jenis (binatang buas,
ternak, jinak, dinosaurus, binatang peliharaan, dll)
2.Benda-benda pendukung lainnya (misalnya pagar,
dll)
Langkah-langkah penggunaan Miniatur binatang dalam terapi anak:
Langkah-langkah penggunaan Miniatur binatang dalam terapi anak:
1.Pilihlah binatang yang paling menyerupai /
menggambarkan dirimu
2.Pilihlah biatang yang mewakili keluargamu,
sekolahmu, dll
3.Susunlah binatang itu menurut kedekatan hubungan
mereka
4.Bila ada satu binatang tidak ada (salah satu yang
berpengaruh), apa yang terjadi ?
5.Susunlah binatang itu yang membuat semua yang di
dalamnya merasa lebih bahagia. (akhiri konseling dengan sesuatu yang melegakan
/ membahagiakan)
Sand Tray
1.Kotak pasir, pasir yang bersih dan berukuran lebih
besar
2.Perlengkapan: benda-benda apa saja (yang akan
dijadikan simbol / lambang )
Langkah-Langkah menggunakan Sand Tray dalam terapi anak:
1.Kumpulkan informasi penting mengenai apa yang
sedang terjadi dalam diri anak (misalnya : perceraian, kematian, dll).
Observasi cara anak bermain, cara meletakkan lambang, pemilihan lambang,
emosinya, raut wajahnya, dan tema selama bermain.
2.Beri feedback dan gunakan open question untuk
memancing anak bercerita lebih banyak mengenai apa yang sedang terjadi
dengannya.
3.Beri dia kesempatan untuk menata mainan tersebut
berdasarkan apa yang membuatnya lebih bahagia dibanding dengan apa yang telah
terjadi.
Clay
1.Clay, malam, tanah liat
2.tatakan untuk bermain malam (agar kebersihan tetap
terjaga)
3.Benda-benda pendukung (alat untuk memotong,
membentuk, mencetak, dll)
Langkah-Langkah menggunakan Clay dalam terapi anak:
1.Minta anak berteman dengan clay (dengan meminta
mereka melakukan sesuatu; membuat bola, memipihkan, membuat ular, melingkarkan
ke jari, dll). Ingat: observasi dan feedback
2.Meminta anak memilih bagian mana dari aktifitas
tadi yang disukainya. Diperagakan lagi.
3.Minta dia membuat dirinya (bentuk apa saja kecuali
bentuk asli manusia)
4.Coba minta mereka membuat anggota keluarga lain
5.Atur berdasarkan kedekatan. Minta dia merefleksi
perasaannya.
6.Dengan clay, minta dia mengekspresikan perasaan
(misalnya apa yang membuatnya marah, dll)
7.Minta anak berdiri, pegang clay yang melambangkan
perasaannya. Katakan pada clay itu dengan suara keras (saya marah karena...),
lempar clay ke bawah. Ingat: konselor harus tenang supaya situasi lebih terkendali
8.Atur posisi anggota keluarga yang membuatnya semua
lebih bahagia
9.Tanyakan perasaannya sekarang
10.Konfirmasi: apa dia atau konselor yang beritahu
orang tua mengenai apa yang perlu orang tua ketahui. Setelah itu mainan dapat
dirapikan.
Fruit Tree Drawing
1.Kertas gambar, pensil dan krayon
2.kursi dan meja kecil untuk menggambar.
Langkah-Langkah menggunakan Fruit Tree drawing dalam
terapi anak:
1.Minta anak menggambar sebuah pohon yang
menggambarkan dirinya.
2.Dialog dengan anak mengenai gambar itu; misalnya
mengenai pohon apa itu, apa hidup sendiri / bersama, bagaimana buahnya, apa
yang terjadi dengan pohon itu, dll. Gunakan kata ganti orang pertama untuk
bercerita mengenai pohon itu. Minta anak menceritakan lebih banyak tentang
dirinya dan apa yang dipikirkan mengenai diri dan lingkungannya. Ingat:
observasi dan feedback adalah hal krusial untuk menolong anak bercerita.
Comic Strip
1.Kertas dengan 3 kotak untuk menggambar
2.Alat gambar / warna
Langkah-Langkah menggunakan Comic Strip dalam
terapi anak:
1.Untuk kotak pertama : minta anak menggambar apa
yang sedang terjadi saat ini (sumber masalahnya).
2.Untuk kotak kedua : tindakan yang membuat anak
terhindar dari masalah
3.Untuk kotak ketiga : apa yang dapat dilakukan
untuk menolongnya terhindar dari problem yang timbul.
4.Penekanan: anak punya pilihan dan segala pilihan
pasti ada konsekuensinya masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar